Karakter Haddadiyyah Dalam Diskusi Ilmiyyah (Lanjutan)

Muqaddimah Buku -9

        Dengan pertolongan Alloh semata kita akan memasuki seri kesembilan dari terjemah kitab “Shifatul Haddadiyyah Fi Munaqosyatun ‘Ilmiyyah”. Pada kesempatan ini kita akan membahas sisa dari kitab Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy: “Khuthurotul Haddadiyyatil Jadidah Wa Aujuhusy Syabah Bainaha Wa Bainar Rofidhoh” yaitu sifat Haddadiyyah: Penamaan sesuatu bukan dengan namanya. Dan kami tutup dengan nasihat para imam untuk kokoh di atas kebenaran walaupun pengikutnya sedikit, dan janganlah kalian pikirkan banyaknya para pengikut setan.
        Kemudian kita akan masuk pada pembahasan kitab beliau “Manhajul Haddadiyyah”. Dan mulai membahas kebencian Haddadiyyah pada ulama sunnah yang kokoh di atas sunnah. Juga sikap mereka membid’ahkan setiap orang yang terjatuh ke dalam bid’ah, membid’ahkan orang yang tidak membid’ahkan orang yang terjatuh ke dalam kebid’ahan, mengharomkan mendoakan rohmat bagi ahlul bida’ secara mutlak. Juga mereka membid’ahkan orang yang mendoakan rohmat kepada semisal Abu Hanifah, Asy Syaukaniy. Kemudian permusuhan keras mereka terhadap Salafiyyun sekalipun telah mencurahkan kerja keras untuk mendakwahkan Salafiyyah. Dalam keadaan seperti itu mereka hendak menaburkan abu ke mata-mata manusia dengan pengakuan mereka bahwasanya mereka juga telah memperingatkan umat dari Ikhwanul Muslimin dan Sayyid Quthb dan Juhaimaniyyah. Dan itu tak ada buktinya sama sekali. Sifat yang paling nyata adalah sikap berlebihan mereka dalam mengagungkan Mahmud bin Muhammad Al Haddad Al Mishriy. Dan telah saya bahas secara rinci bahwasanya masing-masing dari sifat tadi tidak ada pada Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy dan para ulama dan pelajar yang bersama beliau حفظهم الله. Dan saya buktikan bahwasanya beberapa karakter di atas cocok untuk Mar’iyyun, termasuk sikap ghuluw mereka kepada ulama. Dan di antara sikap ghuluw mereka kepada ulama adalah perkataan sebagian dari mereka: “Sesungguhnya Asy Syaikh Robi’ bisa mengetahui bahwasanya seseorang itu hizbiy dengan sekedar mencium dari baunya saja. Dan beliau hingga sekarang tidak berpendapat bahwasanya Abdurrohman Al 'Adniy itu hizbiy!” Maka ucapan tadi saya jawab dengan pertolongan Alloh ta’ala.
        Kemudian masuk pada sifat Haddadiyyah yang berikutnya: Menuduh Ulama Sunnah Bahwasanya Mereka Telah Berdusta. Lalu kezholiman mereka terhadap badan-badan Salafiyyin dan meneror jiwa-jiwa mereka. Dan saya buktikan bahwasanya karakter-karakter di atas cocok untuk Mar’iyyun. Kemudian penjelasan para ulama bahwasanya hizbiy adalah mubtadi’. Dan saya jelaskan bahwasanya hal ini cocok dengan Mar’iyyah.
Kemudian masuk pada sifat Haddadiyyah yang berikutnya: melaknat orang-orang tertentu yang tidak berhak untuk dilaknat, dan bermudah-mudahan dalam mengkafirkan orang.
        Kemudian masuk pada sifat Haddadiyyah yang berikutnya: Kesombongan dan penentangan yang menyebabkan mereka menolak kebenaran. Kemudian saya nukilkan ucapan para ulama bahwasanya penentangan terhadap kebenaran setelah datangnya hujjah adalah alamat seluruh ahlul bida’ wal ahwa. Setelah saya sebutkan kesombongan Mar’iyyin secara umum, saya paparkan kesombongan pentolan mereka: Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al Wushobiy dan penentangannya terhadap kebenaran.
        Oya, sampai sekarang Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy dan segenap ulama Salafiyyin dan para pelajar Ahlussunnah masih menunggu-nunggu tanggung jawab Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy untuk menampilkan bayyinahnya yang menuduh Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy sebagai Haddadiy, busuk, tolol, dan merobek dakwah Salafiyyah di seluruh penjuru alam. Juga menuduh Asy Syaikh Abdulloh Al Iryani, Asy Syaikh Sa’id Da’as Al Yafi’iy dan Asy Syaikh Muhammad Al ‘Amudiy sebagai Haddadiyyun. Dan perkataannya bahwasanya di sekeliling Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy ada Haddadiyyun. Tuduhan pada seorang Muslim tanpa bayyinah adalah amat berat hukumannya. Bagaimana dengan tuduhan tanpa bayyinah kepada ribuan Salafiyyun yang ada di Darul Hadits Dammaj beserta para ulama di markiz-markiz yang lain? Kami menghormati Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy, akan tetapi Antum semua wajib mengakui –tanpa takut kena kutukan- bahwasanya Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy itu bukanlah nabi yang seluruh ucapannya wajib diterima tanpa dimintai bayyinah. Sampai sekarang Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy dan segenap ulama Salafiyyin dan para pelajar Ahlussunnah masih menunggu-nunggu jawaban Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy terhadap tanggapan Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy yang berjudul “An Nushhur Rofi’ Li Fadhilatisy Syaikh Robi’” atau yang seperti itu. Sampai sekarang masih sepi dari Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy. Jika benar-benar Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy meyakini bahwasanya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy adalah Haddadiy, tidak boleh beliau cuma mentahdzir Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy di balik layar di majelis-majelis khusus saja, sementara suara dan dakwah Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy lantang berkumandang di seluruh penjuru dunia sampai-sampai Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy bilang bahwasanya Al Hajuriy merobek dakwah Salafiyyah di seluruh penjuru alam. Semoga masih ada keberanian yang dulu tampak ketika menghadapi segenap hizbiyyun dan ahlul ahwa, jika beliau yakin berada pada jalan yang benar. Yang saya yakini Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy sendiri mengakui bahwasanya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy dan segenap ulama Salafiyyin dan para pelajar Ahlussunnah yang bersama beliau itulah pihak yang benar dalam fitnah ini, dengan seluruh kekuatan hujjah yang tak sanggup mereka tandingi. Ini adalah pertolongan Alloh bagi ahlul haq yang terzholimi dan bangkit membela diri. Kami hanyalah makhluk yang lemah. Akan tetapi kezholiman para musuh terhadap kami, dan besarnya rohmat Alloh kepada kami menyebabkan kami punya pedang hujjah yang teramat tajam untuk meremukkan kepala para penjahat tadi, dan membungkam orang-orang yang mencoba-coba untuk membela para durjana tadi. Sungguh benarlah ucapan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy: “Maka bukti-bukti yang jelas membuat ribuan orang yang tidak memiliki hujjah itu terdiam walaupun mereka itu para ulama. Kaidah ini wajib untuk diketahui.” Ini tadi adalah ucapan yang indah dan hebat, dan cocok untuk diterapkan pada para masyayikh yang membela Mar’iyyun. Juga cocok untuk diterapkan kepada sang pemilik ucapan yang indah dan hebat itu sendiri, karena beliau telah melontarkan tuduhan-tuduhan jahat pada Salafiyyun, di majelis khusus. Manakala sang tertuduh menampilkan bukti-bukti kebenaran dirinya, dan balik menantang beliau untuk menampilkan hujjah, ternyata beliau terdiam. Seharusnya kenyataan seperti ini menjadi pelajaran bagi orang-orang yang di hatinya masih ada secercah cahaya kehidupan, untuk mengetahui siapakah pihak yang ada di atas kebenaran dan siapakah yang berdiri di jalur kebatilan dan kezholiman.
        Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa beribadah kepada Alloh, maka sesungguhnya Alloh itu Mahahidup dan tidak mati. Tapi barangsiapa beribadah dengan taqlid kepada Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy, maka beliau tak bisa membantu kalian dengan hujjah atas tuduhannya tadi di dunia ini. Dan beliau juga tak bisa membela kalian ataupun memikul dosa kalian saat kita semua berlutut di hadapan Alloh untuk mempertanggungjawabkan lontaran lisan dan goresan pena.
“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. pada hari itu kalian diberi balasan terhadap apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. Al Jatsiyah: 28).
Justru kamilah yang lebih berhak mengikuti ucapan-ucapan emas Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy, karena kami menjunjung tinggi agama Alloh yang tegak di atas hujjah, bukan karena pesona kebesaran pribadi beliau. Maka kamilah yang berhak untuk berkata sebagaimana perkataan beliau: "Kebenaran itu -wahai Abdurrohman- lebih besar daripada langit dan bumi dan lebih besar daripada kelompok-kelompok yang kau bela. Dan dia itu lebih kami cintai daripada anak-anak dan kerabat. Maka tak mungkin bagi kita untuk mendiamkan kelompok ataupun partai yang menyelewengkan agama Alloh. Bahkan kami akan menampakkan kebenaran –dengan seidzin Alloh-. Dan kami mohon pada Alloh agar mencatat hal itu di dalam lembaran-lembaran kebaikan kami. Dan tak akan membahayakan kami orang ini dan itu berkata,"Ini adalah cercaan dan makian". Ini adalah termasuk teror psikologis dan propaganda batil yang dimurkai oleh Alloh, malaikat-Nya dan para mukminin." ("Jama'ah Wahidah"/ Syaikh Robi').
        Selamat menikmati, بارك الله فيكم.

Muqaddimah Buku -10 [Terakhir]
        Dengan pertolongan Alloh semata kita akan memasuki seri kesepuluh dari terjemah kitab “Shifatul Haddadiyyah Fi Munaqosyatun ‘Ilmiyyah”. Pada kesempatan ini kita akan membahas kepura-puraan Haddadiyyun menempel pada kebesaran nama Al Imam Ahmad, dan kemiripan Mar’iyyun dengan mereka. Kemudian membahas hubungan sebagian haddadiyyun dengan para hizbiyyin dan orang-orang fasiq. Kemudian kita masuk akhir tulisan Asy Syaikh Robi’ Al Madkholiy حفظه الله tentang sifat Haddadiyyun, tuntutan beliau kepada Abul Hasan yang menuduh Salafiyyun sebagai haddadiyyun, dan nasihat-nasihat beliau kepada para Salafiyyun. Dan para pembaca akan melihat –dengan taufiq dari Alloh- bagaimana tanpa susah payah kalimat-kalimat tadi berbalik kepada orang yang mengucapkannya. Kemudian penjelasan bahwasanya tuduhan-tuduhan Mar’iyyun terhadap Salafiyyun Dammaj kebanyakannya berbalik kepada mereka sendiri. Dan memang benarlah ucapan ulama bahwasanya ahlul bida’ itu jika berdalil dengan suatu dalil syar’iy ataupun dalil aqliy, dalil-dalil tadi justru menjadi argumentasi untuk menghantam mereka sendiri, bukan untuk mendukung mereka. Kemudian penjelasan para ulama bahwasanya barangsiapa telah mengetahui dalil kemudian dia mengamalkan yang menyelisihi dalil tadi maka dia itu termasuk mubtadi’.

        Kemudian kita masuk pada Bab Lima: Kezholiman Orang yang menuduh Ahlussunnah Di Dammaj Sebagai Haddadiyyun. Penjelasan tentang makna “baghyu”, hukumnya dan bahayanya. Dan berisi pembelaan Fadhilatusy Syaikh Al Mufti Ahmad An Najmiy رحمه الله untuk Ahlu Dammaj sepeninggal Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله. Kemudian kita masuk pada Bab Enam: Apakah Upaya Menampilkan Kebenaran Itu Dinilai Merobek Dakwah? Kemudian kita masuk pada Bab Tujuh: menolong Ahlul Haq Dengan Dalil-dalilnya Bukanlah Suatu Fanatisme Ataupun Taqlid.
        Kemudian saya sebutkan peristiwa yang terjadi di masjid “Al Bukhoriy” di Lahj, yang mana Kisah nyata ini memberikan faidah ilmu tentang penyelewengan Mar’iyyun, bagi orang yang punya mata hati. Adapun bagi orang yang telah dibutakan oleh ta’ashshub dan kedengkian, maka ayat-ayat itu tidaklah bermanfaat bagi orang-orang yang tidak yakin, sekalipun telah datang pada mereka seluruh ayat.
        Juga berisi pembahasan tentang hakikat ilmu. Dan bahwasanya Ahlu Dammaj dalam fitnah ini benar-benar di atas ilmu dan hujjah. Bahkan hizb Mar’iyyah yang menuduh Ahlussunnah di Dammaj dengan Haddadiyyah, mereka itulah yang berdiri di atas dugaan dan persangkaan semata, tanpa bayyinah.
        Saya cukupkan sampai di sini kata pengantar ini, dan seri kesepuluh ini adalah akhir dari rangkaian terjemahan kitab ini. tiada upaya ataupun kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh. Dan segala pujian hanyalah milik Alloh saja. Perlu saya tambahkan bahwasanya terjemahan ini adalah terjemahan dari risalah yang selesai saya perbaiki pada tanggal 25 Syawwal 1432 H. adapun jika di kemudian hari saya memandang ada yang perlu saya rubah atau saya sesuaikan, maka itulah yang إن شاء الله akan saya lakukan demi mengurangi kesalahan yang pasti ada. “Ya Robb Kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.
        Selamat menyimak, semoga Alloh memberkahi kita semua.
Buku9Buku10[Terakhir]مناقشة علميّة حول صفات بالحدّاديّة
        ....... Alhamdulillah, Buku -10 adalah seri terakhir!

Sumber:

http://aloloom.net/vb/showthread.php?goto=newpost&t=9810
http://isnad.net/karakter-haddadiyyah-dalam-diskusi-ilmiyyah-bagian-sepuluh

Posting-posting Terkait

>>> Karakter Haddadiyyah Dalam Diskusi Ilmiyyah
>>> Nasihat yang Luhur dari Syaikh Yahya bin Ali al-Hajuri untuk Syaikh al-Walid al-'Allamah Rabi al-Madkhali
>>> Surat Cinta dari Malaysia

http://islam-itu-mulia.blogspot.com/2011/09/karakter-haddadiyyah-dalam-diskusi_29.html