Bara`ah al-Imam Muqbil al-Wadi'i dari Fitnah Juhaiman


ببراءة الإمام الوادعي من فتنة جهيمان





Al-Imam al-Wadi’iy -رحمو الله- pernah ditanya: “Di sana ada orang yang menyebarluaskan bahwasanya Anda dulu adalah bapak spiritual bagi Juhaiman(*), dan bahwasanya dulu Anda termasuk orang yang mendorongnya untuk membuat fitnah di Tanah Suci (Makkah, ed.). Bersediakah Anda menjelaskan kekeliruan ucapan ini?
Maka beliau -رحمو الله- menjawab: “Wahai saudara-saudaraku, apakah kita ingin beramal untuk Islam dan dakwah memenuhi negri dan tersebar di seluruh ufuk, lalu orang-orang yang dengki tidak berbicara? Ini tak mungkin terjadi. Masalah ini (fitnah Juhaiman) telah kami bicarakan di kitab “Al-Makhroj Minal Fitnah”, dan kami juga membicarakannya –semoga Alloh memberkahi kalian- di kaset-kaset yang lain bahwasanya kami dalam kasus Tanah Suci tersebut, saya telah keluar setahun sebelumnya, barangkali belum genap setahun. Jika tidak demikian, sekalipun saya tidak bersama mereka. Iya, mereka itu dulu belajar di tempatku, dan aku berteman dengan mereka. Mereka menganggapku sebagai Mufti mereka. Kami keluar untuk safari dakwah. Alhamdulillah, di antara mereka ada mustafidun. Akan tetapi tidaklah datang kejadian tanah suci itu kecuali aku telah pergi. Walhamdulillah.
Kemudian setelah itu mereka iya, para pendengki.
Juhaiman itu aku telah mengingkarinya dan mengingkari teman-temannya sejak aku mengetahui arah tujuannya. Aku telah memutuskan hubungan dengannya sejak keluarnya risalah-risalahnya. Sejak keluarnya risalah-risalahnya aku telah memutuskan hubungan dengannya, walhamdulillah. Dan aku telah menyebutkan di “Al-Makhroj” bahwasanya mereka itu adalah bughoh (pemberontak) karena mereka memberontak terhadap pemerintah muslim, wallohul musta’an.
(Rekaman ini ditulis oleh Abur Robi’ Sa’id bin Kholifah Wahhabiy di selebarannya “I’lamul Insi Wal Jann”).
(*) Juhaiman bin Saif al-‘Utaibiy, pemberontak penumpah darah umat Islam di tanah suci Makkah di Masjidil Harom di awal bulan suci Muharrom tahun 1400 H.
[Diambil dari risalah “Dua Mujtahid Yaman al-Wadi’iy dan al-Hajuriy Berlepas Diri dari Khowarij Dan Juhaiman” karya Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo al-Indonesiy -عفا الله عنو-.] Lihat di sini!



السؤال: هناك من يشيع أنكم كنتم الأب الروحي لجهيمان وأنكم كنتم من المحرضين له على الفتنة في الحرم فحبذا أن تجلو عوار هذه المقالة؟
جواب الشيخ العلامة المجدد مقبل بن هادي الوادعي رحمه الله:
يا إخوان أنريد أن نعمل للإسلام وأن تملئ الدعوة البلاد وتنتشر في جميع الأفاق ثم لا يتكلم الحسدة لا يكون هذا،هذا أمر قد تكلمنا عليه في المخرج من الفتنة وتكلمنا عليه في ـ بارك الله فيكم ماذاـ أشرطة أخرى أننا في قضية الحرم كنت قد خرجت بسنة لعل ما قد انتهى أجله وإلا حتى ولو لم أكن معهم،نعم إنهم كانوا يدرسون عندي وكنت أصحبهم وكانوا يعتبروني نعم يعني مفتيهم ونعم نخرج رحلات والحمد لله على أن فيهم أناس مستفيدين،لكن ما جاءت قضية الحرم إلا وقد سافرت والحمد لله ،ثم بعد ذلك هؤلاء نعم الحسدة،
جهيمان أنا أنكرت عليه وعلى أصحابه منذ عرفت اتجاهه وقاطعته منذ أن خرجت رسائله ،منذ خرجت رسائله قاطعته والحمد لله، وأنا ذكرت في المخرج أنهم يعتبرون بغاة لأنهم خرجوا على دولة مسلمة والله المستعان
المهم نريد أن نقوم بدعوة وتعليم وتنتشر الدعوة ثم ثم لا يتكلم الحسدة فليتكلموا نعم وكلامهم يكون نشرا للدعوة والحمد لله نعم كما قيل : لولا اشتعال النار في جزل الغضا ما كان يعرف طيب نشر العود فانتشرت السنة بسبب كلام الإخوان المفلسين قالوا هم يعني نعجب كيف إذا أخرج أبو عبد الرحمن شريطا في الشيعة أو في الصوفية أو في البعثيين أو في الاشتراكيين أو في غيرهم ما ينتشر مثل ما إذا أخرج شريطا فينا، لا يعجبون الأمر ما يؤدي إلى العجب لماذا ؟ لأنني إذا أخرجت فيهم شريطا؛ضجوا صاحوا ولفتوا أنظار الناس إلى شراء هذا الشريط هذا هو السبب في نعم أنها تنتشر الأشرطة التي أخرجها فيهم وربما لا تنتشر الأشرطة ، كان أهل صعدة كانوا قبل هكذا أي نعم وأنا كنت إذا كان عندي كتاب كنت أتحرى الرجل المذياع الذي يزعم أنه أنه في غيرة على المذهب الزيدي وأذهب وأرسل له الكتاب يقرأه (ويصل عند )وصاحْ وصاحَ وماذا ؟ وبعد ذلك ماذا بحمد الله مات التشيع ومات الإخوان المفلسون وستموت الصوفية إن شاء الله ، والله والله والله لولا المادة ما بقي لأصحاب جمعية الحكمة وجمعية الإحسان وجمعية الإصلاح والإخوان المفلسين والصوفية أيضا ماذا يا إخوان و الشيعة ما بقية لهم باقية، فهذا بحولنا وبقوتنا لا، بفضل الله السنة قوية تشق طريقها والله المستعان نعم.



Fitnah Juhaiman Al Khorijiy dan Bersihnya Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله darinya

            Sesungguhnya di antara yang disebarluaskan oleh ahli batil adalah bahwasanya Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله itu mendukung gerakan pemberontakan Juhaiman, dan bahwasanya beliau adalah bapak spiritual mereka. Ini adalah berita dusta atas nama beliau.
            Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله berkata dalam tarjumah beliau: “Dulu pernah terjadi ketergelinciran dari sebagian saudara kita yang pemula, karena kebanyakan karakter pemula adalah sikap keras yang berlebihan. Saya saat itu sedang menghadirkan risalah Majister. Pada suatu malam tidak kami tahu kecuali adanya penangkapan terhadap kami. Mereka menangkap sekitar seratus limapuluh orang. Ada juga yang lari. Dunia goncang antara orang yang mengingkari dan orang yang mendukung. Kami tinggal di penjara selama sebulan atau sebulan setengah. Dan setelah itu Alhamdulillah kami keluar dengan bersih.
            Kemudian setelah itu keluarlah beberapa risalah Juhaiman. Maka sekelompok orang dari kami ditangkap. Di waktu penyidikan, mereka berkata pada kami: “Engkaulah yang menulisnya, Juhaiman tak bisa menulis.” Maka aku menyangkalnya, dan Alloh tahu bahwasanya diriku tidak menulisnya dan tidak itu bersekutu dalam penulisan itu. Setelah tiga bulan datanglah perintah untuk mendeportasi orang-orang asing.” (“Tarjumah Abi Abdirrohman Muqbil Bin Hadi Al Wadi’iy”/ditulis oleh Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله/hal. 26-27/Darul Atsar).
            Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله pernah ditanya: “Di sana ada orang yang menyebarluaskan bahwasanya Anda dulu adalah bapak spiritual bagi Juhaiman, dan bahwasanya dulu Anda termasuk orang yang mendorongnya untuk membuat fitnah di Tanah Suci. Bersediakah Anda menjelaskan kekeliruan ucapan ini?
            Maka beliau رحمه الله menjawab: “Wahai saudara-saudaraku, apakah kita ingin beramal untuk Islam dan dakwah memenuhi negri dan tersebar di seluruh ufuk, lalu orang-orang yang dengki tidak berbicara? Ini tak mungkin terjadi. Masalah ini (fitnah Juhaiman) tilah kami bicarakan di kitab “Al Makhroj Minal Fitnah”, dan kami juga membicarakannya –semoga Alloh memberkahi kalian- di kaset-kaset yang lain bahwasanya kami dalam kasus Tanah Suci tersebut, saya telah keluar setahun sebelumnya, barangkali belum genap setahun. Jika tidak demikian, sekalipun saya tidak bersama mereka. Iya, mereka itu dulu belajar di tempatku, dan aku berteman dengan mereka. Mereka menganggapku sebagai mufti mereka. Kami keluar untuk safari dakwah. Alhamdulillah, di antara mereka ada mustafidun. Akan tetapi tidaklah datang kejadian tanah suci itu kecuali aku telah pergi. Walhamdulillah.
            Kemudian setelah itu mereka iya, para pendengki. Juhaiman itu aku telah mengingkarinya dan mengingkari teman-temannya sejak aku mengetahui arah tujuannya. Aku telah memutuskan hubungan dengannya sejak keluarnya risalah-risalahnya. Sejak keluarnya risalah-risalahnya aku telah memutuskan hubungan dengannya, walhamdulillah. Dan aku telah menyebutkan di “Al Makhroj” bahwasanya mereka itu adalah bughoh (pemberontak) karena mereka memberontak terhadap pemerintah muslim, wallohul musta’an.” (rekaman ini ditulis oleh Abur Robi’ Sa’id bin Kholifah Wahhabiy di selebarannya “I’lamul Insi Wal Jann”).
            Syaikh kami Al ‘Allamah Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله berkata: “Dulu syaikh رحمه الله ketika belajar di sana, karena kecintaan beliau untuk menyebarkan ilmu, beliau mengajari orang yang senang mengambil faidah dari beliau, sementara seorang pengajar itu terkadang yang hadir di majelisnya adalah orang-orang yang telah beliau kenal dan yang belum beliau kenal. Tidaklah majelis-majelis di sana dilarang hadir di dalamnya kecuali orang-orang khusus. Beliau memiliki nasihat-nasihat seperti mutiara, sama saja dakwah beliau di sana ataupun dakwah beliau di sini. Beliau adalah seorang penasihat yang telah diketahui –insyaAlloh- nasihat beliau di sisi setiap penasihat dan orang yang jujur, serta para dai kepada Alloh dan kepada kebenaran.
            Juhaiman itu adalah seorang pemberontak dan revolusioner, yang fitnahnya tidak diridhoi oleh oleh setiap penasihat. Dia menulis risalah-risalah dan menyebarkannya di hadapan orang-orang yang sholat. Risalah-risalahnya itu diingkari oleh para ulama. Dan syaikh رحمه الله termasuk orang yang mengingkari risalah-risalah tadi, sebagaimana hal itu kami dengar dari syaikh رحمه الله. Dan ini telah disebutkan di sebagian kaset beliau. Dan manakala dalam majelis beliau hadir orang-orang yang tercampuri dengan orang-orang tadi, beliau itu memberikan nasihat sebagaimana nasihat-nasihat beliau yang berharga. Bisa jadi terjadi kesamaran di sisi sebagian pejabat, atau dengan laporan sebagian orang yang dengki dengan beliau di sana, mereka mengira bahwasanya beliau menyetujui mereka, sehingga beliau termasuk dalam orang-orang yang keadaannya tersamarkan. Seandainya beliau termasuk orang yang keadaannya cocok dengan keadaan para pelaku pergerakan dan pemberontakan itu, atau beliau punya andil dalam menggerakkan mereka untuk bergolak dan memberontak, mungkin beliau dihukum dengan hukum orang-orang tipe tadi.
            Akan tetapi sifat pemerintah itu jika tersamarkan bagi mereka keadaan seseorang, atau ada laporan dusta ke mereka, terkadang mereka menangkap orang tadi dan melakukan penyidikan terhadapnya di waktu singkat jika dia punya pengikut, atau selama waktu yang panjang jika dia tak punya pengikut, kemudian setelah itu diapun keluar dari kantor penyidikan insya Alloh. Itu tadi cuma sekedar tuduhan yang tidak pasti. Dan yang semisal ini adalah orang yang terzholimi. Saat mau keluar, dikatakan padanya: “Kami menyesal telah keliru terhadap Anda.”
            Tidak boleh yang seperti ini, sekedar dia itu disidik atau dizholimi dengan keliru, dipakai sebagai dalil bahwasanya beliau melakukan kejahatan tadi. Bahkan beliau itu berarti mendapatkan pahala atas kesabaran beliau menghadapi gangguan yang terjadi yang tidak ada sebab yang mengharuskan untuk disakiti seperti itu.” (“Al Hijaj Li Abdil Karim Al Iryaniy”/karya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy حفظه الله/hal. 10-12/cet. Maktabatul Falah).
            Asy Syaikh Al ‘Allamah Zaid bin Muhammad Al Madkholiy حفظه الله تعالى berkata: “Di antara berita tentang gerombolan ini adalah: bahwasanya mereka masuk ke Baitil Harom pada hari Selasa di awal hari dari bulan Alloh Muharrom tahun 1400 H. Mereka disertai oleh imam mahdi versi mereka yang dipanggil dengan Muhammad bin Abdillah Al Qohthoniy. Dia disertai dan disemangati oleh juru bicaranya yaitu Juhaiman bin Saif Al ‘Utaibiy. Mereka masuk dengan membawa persenjataan dan amunisi, lalu mereka menuntut dari Muslimin untuk membai’at Mahdi tersebut di bawah pijakan tekanan, pembunuhan dan teror terhadap muslimin secara umum, dan terhadap penduduk tanah suci secara khusus. Ya Alloh, berapa banyaknya darah yang mereka tumpahkan secara zholim dan permusuhan. Dan para ulama telah menyeru mereka untuk turun berdasarkan hukum syari’ah Alloh yang berlaku terhadap mereka, tapi mereka menolak dan memilih melanjutkan jalur kejahatan, kerusakan, kefasiqan, kedurhakaan dan pembangkangan. Maka para tentara Alloh yang pemberani, ahli tauhid dan keberanian dari tentara Saudi bangkit melawan mereka hingga memaksa mereka untuk menyerah. Seratus tujuh puluh dari pemberontak tadi ditangkap hidup-hidup karena mau memenuhi seruan untuk menyerah. Kemudian dilangsungkanlah syari’at Alloh terhadap mereka. Enam puluh tiga orang dihukum mati, dan sisanya berhak untuk diberi hukuman dengan penjara dan cambuk. Dan Alloh mensucikan Tanah Suci yang mulia dari gerombolan pemberontak dan teroris tadi. Tapi yang sangat disayangkan adalah bahwasanya mereka menamakan diri mereka sebagai Jama’atul Hadits. Aku katakan: Sekalipun mereka menghapalkan beberapa lafazh-lafazh hadits, hanya saja mereka diharomkan dari mengetahui makna-maknanya. Dan terhadap orang yang zholimlah beredarnya kecelakaan.” (“Al Irhab”/karya Asy Syaikh Zaid bin Muhammad Al Madkholiy/cet. Darus Salafiyyah).
            Maka jama’ah Juhaiman tidaklah di atas kebenaran, dan tidaklah Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله termasuk dari mereka, dan tidaklah beliau itu menyetujui kebatilan mereka. Beliau رحمه الله berkata: “Mereka berkata pada kita: Juhaimaniyyun, sementara Juhaiman belajar kepadaku dalam jangka waktu yang tidak seberapa.” (“Nubdzatun Yasiroh”/karya Muhammad bin Ali Ash Shouma’iy/hal. 81).
            Beliau رحمه الله juga berkata: “Aku dikabari tentang Ahmad Al Mu’allim di Hadromaut bahwasanya dirinya berkata: “Sesungguhnya saudara kita Salafiyyun tidak sholat di antara tiang-tiang.” Dia berkata: “Ini merupakan penampilan seperti penampilan Juhaiman, diawali dengan sholat memakai sandal, lalu tidak sholat di antara tiang-tiang, lalu mengkafirkan pemerintah.” Padahal si Mu’allim ini dulu adalah salah satu pembantu Juhaiman, sampai aku pergi dari Mekkah ke Madinah, lalu kudapati Ahmad Al Mu’allim, lalu dia berkata: “Marilah kita pergi mengunjungi Juhaiman, dia ada di rumah salah seorang ikhwah.” Maka kujawab: “Aku tidak akan pergi mengunjunginya.” Dia berkata: “Juhaiman telah membaik.” (“Nubdzatun Yasiroh”/karya Muhammad bin Ali Ash Shouma’iy/hal. 81).
            Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله ditanya tentang jama’ah ashabil harom (Juhaiman), maka beliau menjawab: “Jama’ah ashabil harom adalah para pelajar yang ingin kebenaran, akan tetapi mereka tidak mendapatkan taufiq untuk itu –sampai pada ucapan beliau:- mereka tidak kokoh di atas kesabaran sehingga tergelincirlah kaki-kaki mereka, dan jadilah mereka sebab tertumpahnya darah di Tanah Suci Mekkah, padahal Robbul ‘Izzah berfirman dalam kitab-Nya yang mulia:
﴿وَمَنْ يُرِدْ فِيهِ بِإِلْحَادٍ بِظُلْمٍ نُذِقْهُ مِنْ عَذَابٍ أَلِيم﴾ [الحج/25].
“Dan barangsiapa ingin ilhad di situ([1]) dengan kezholiman, Kami akan menjadikannya merasakan sebagian dari siksaan yang pedih.”
            Dan di dalam “Ash Shohih” dari Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
«أبغض الناس إلى الله ثلاثة: ملحد في الحرم، ومبتغ في الإسلام سنة جاهلية، ومطلب دم امرئ بغير حق ليريق دمه».
"Tiga jenis manusia yang paling dibenci oleh Alloh: mulhid (pembuat penyelewengan syariat) di tanah harom, orang yang mencari sunnah jahiliyyah dalam berislam, orang yang menuntut darah seseorang untuk ditumpahkan tanpa haq." (HR. Bukhori (no. 6882, bab Man Tholaba Dam Imriin, cet. Darul Kitab Al-Arobi) Dari Ibnu 'Abbas –rodhiyallohu 'anhuma-).
            Maka Jama’atul Harom itu termasuk pemberontak yang memberontak terhadap pemerintah muslim…” (“Ijabatus sail”/hal. 481/Darul Atsar).
            Penjelasan ini cukup dalam memusnahkan tuduhan orang-orang yang zholim terhadap Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله bahwasanya beliau punya pemikiran khowarij dan Juhaimaniyyah.


([1]) Al Imam Ibnu Katsir رحمه الله berkata tentang tafsir: “Dan barangsiapa ingin ilhad di situ”: “Yaitu: Dia berkeinginan untuk melakukan perkara yang menjijikkan dari kemaksiatan yang besar.” (“Tafsirul Qur’anil ‘Azhim”/5/hal. 441).

[Diambil dari risalah “Dua Mujtahid Yaman al-Wadi’iy dan al-Hajuriy Berlepas Diri dari Khowarij Dan Juhaiman” karya Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo al-Indonesiy -عفا الله عنو-.] Lihat di sini!

Sumber

[www.aloloom.net]هناك من يشيع أنكم كنتم الأب الروحي لجهيمان وأنكم كنتم من المحرضين له على الفتنة في الحرم فحبذا أن تجلو عوار هذه المقالة ؟
آ((الإمام المجدد مقبل بن هادي الوادعي - رحمه الله -))آ

[www.aloloom.net] ببراءة الإمام الوادعي من فتنة جهيمان
[www.isnad.net] Dua Mujtahid Yaman – Berlepas diri dari Khowarij dan Juhaiman

Posting-posting Terkait

>>> Bara`ah al-Imam Muqbil al-Wadi'i dari Fitnah Juhaiman
>>> Syaikh Yahya al-Hajuri - Allah Tidak Menanyaimu Si Fulan Hizbi?
>>> Nasihat untuk Abdullah Bukhari agar Bertobat dari Tuduhan Khawarij terhadap Syaik Muqbil -rahimahullahu-
>>> Hunusan Pedang Yaman: Bantahan untuk Abdullah al-Bukhari
>>> [Muhadharah] Tragedi Blokade dan Perang di Dammaj o/ Nashrul Lamongan
>>> Dukungan Syaikh Dr. Muhammad bin Hadi al-Madkhali Terhadap Jihad Melawan Hutsi Rafidhah di front Wailah & Kitaf

http://islam-itu-mulia.blogspot.com/2012/04/baraah-al-imam-muqbil-al-wadii-dari.html