[Dammaj Crisis] Amin - Anak Maluku Memerangi Musuh Islam di Yaman

~ AMIN ~
ANAK MALUKU MEMERANGI
MUSUH ISLAM DI YAMAN

KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، أما بعد

Tidak diragukan lagi bahwa kaum Rofidhah adalah salah satu kelompok sesat yang lebih kafir dari pada Yahudi dan Nasrani, di antara bentuknya:
  • Yahudi dan Nasrani memuliakan para shahabat Nabi Musa dan Isa ‘Alaihimas Salam dengan pemulian yang terkadang sampai ghuluw (berlebih-lebihan) adapun Rofidhah maka mereka menghina dan bahkan mengkafirkan para shahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
  • Yahudi dan Nasrani menambah atau mengurangi kitab Taurat dan Injil hanya dalam bentuk ayat perayat atau kalimat perkalimat adapun Rofidhah menambah kitab Al-Qur’an dalam bentuk juz.
  • Yahudi dan Nasrani memuliakan Nabi Musa dan Isa dengan pemuliaan yang terkadang sampai pada tingkatan ghuluw (melampui batas) adapun Rofidhah maka mereka merendahkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan bahwasanya malaikat Jibril khianat dalam menyampaikan wahyu, yang seharusnya disampaikan kepada Ali bin Abi Thalib akan tetapi malah disampaikan kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
  • Yahudi dan Nasrani masih memiliki sedikit rasa kasihan terhadap manusia adapun Rofidhah maka mereka tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun terhadap manusia, siapa saja yang tidak memeluk agama mereka maka mereka berupaya untuk memusnahkannya dari muka bumi, berkata seorang muslim tentang mereka: “Seseorang kalau ditawan oleh orang-orang kafir di Amerika atau di Eropa masih bisa diharapkan keselamatannya adapun bila ditawan oleh orang-orang kafir Rofidhah maka tidak diharapkan keselamatannya”. Hal tersebut adalah suatu kenyataan sebagaimana pula ketika mereka mengembargo/memblokade/mengepung Darul Hadits Dammaj yang mengakibatkan banyak dari kaum muslimin di Dammaj mengalami penderitaan dan kelaparan, tidak hanya itu bahkan ada dari binatang ikut merasakan penderitaan dan kelaparan serta kematian, sungguh telah kami saksikan hewan-hewan seperti kucing banyak mati karena kelaparan, semua itu disebabkan kejahatan dan kezhaliman mereka yang tidak berperikemanusiaan.
Setelah mereka melakukan embargo seperti itu, mereka tidak merasa puas yang pada akhirnya mereka pun berbuat buas dengan menempuh cara lain; berupa penyerangan dan pembantaian terhadap masyarakat yang berada di Dammaj (Baca [Dammaj Crisis] SERANGAN SATU MUHARRAM).
Dengan mengetahui keberadaan mereka seperti itu maka tentu bagi orang yang memiliki keimanan akan bangkit membantu dan membela saudara-saudara yang berada di Dammaj, dengan sebab itu maka bangkitah para pemuda Maluku melakukan pembelaan terhadap saudara-saudaranya yang ada di Dammaj, diantara mereka yang bersungguh-sungguh dalam memberi sumbangsih fisik dan non fisik adalah Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Allah merahmatinya- (untuk selanjutnya disingkat Amin). Dengan melihat perjuangan dan jasa-jasanya yang begitu besar maka sengaja kami menulis tentang biografi dan kisah-kisah yang berkaitan dengannya, yang kami beri judul “AMIN, ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”.
Orang yang pernah menyaksikan peperangan antara umat Islam dengan kaum Nasrani di Maluku pada tahun 1999 sampai 2002 Masehi tentu akan menyatakan bahwa peperangan tersebut sangatlah menyeramkan, namun bila seseorang menyaksikan peperangan yang terjadi di Yaman tepatnya di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj maka tentu akan menganggap bahwa peperang yang terjadi di Dammaj itu merupakan peperangan yang sangat seram; hari demi hari Rofidhah selalu melepaskan tembakan mortir, meriam dan basoka serta tank ke beberapa tempat di Dammaj; masjid mereka tembak, tempat masak umum mereka tembak, perpustakaan umum mereka tembak dan pemukiman masyarakat mereka tembak, tidak ada yang tersisa melainkan mereka tembak habis –semoga Allah membinasakan mereka semua-. Begitu pula penembak jitu mereka selalu bersiap siaga dalam mengintai para penuntut ilmu dan warga Dammaj (Baca [Dammaj Crisis] SERANGAN SATU MUHARRAM).
Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat kepada para penulisnya, orang-orang tua mereka, saudara-saudara mereka dan para pembaca serta siapa saja yang mencari kebenaran.
Tulisan ini kami tulis pada Rabu Dhuha 26 Muharram 1433 Hijriyyah di kamar Abu Dujanah Muhammad Al-Amin bin Nurdin Al-Ambony –semoga Allah merahmatinya-.

Ditulis oleh:
Abu Ubaidah Shalah bin Nurdin Al-Ambony
Abu Muhammad Iqbal bin Nurdin Al-Ambony
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
-semoga Allah menjaga mereka-

BAB I
MENGENAL LEBIH DEKAT TENTANG AMIN

Nasab dan Kelahirannya.
Beliau –semoga Allah merahmtinya- lahir di Manado-Sulawesi Utara-Indonesia pada tanggal 24 Desember 1990 Masehi, beliau adalah anak pertama dari keluarganya. Bapak beliau adalah Nurdin bin Fattah yang merupakan anak turunan dari suku Bugis (Sulawesi selatan). Ibu beliau adalah Ummu Sauda’ bintu Dayi yang merupakan anak turunan Bugis dan Manado.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- dibesarkan di Ambon, beliau tumbuh di lingkungan keluarga yang taat beribadah.

Masa Kecilnya.
Beliau –semoga Allah merhmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya” yang berjudul “WAKTU KECILKU”:


Kenangan kecilku tidak akan kulupakan
Di mana pun aku berada tetap bersamaku
Hati tersenyum ketika mengingatnya
Syukur kepada Allah terhadap nikmatnya

Beliau –semoga Allah merahmatinya- juga berkata: Ingatlah dengan nikmat Allah yang diberikan kepadamu, dekatkanlah hatimu kepada Allah dan berdoalah dengan nama-namanya yang indah.

Pendidikannya.
Di masa kecilnya beliau sudah ke pondok pesantren pamannya Ustadz Anis Matta –semoga Allah memberikan taufik kepadanya-, kemudian beliau ke Darul Hadits Salafiyyah Dammaj untuk melanjutkan pendidikan ilmu agamanya.

Masa Dewasanya.
Beliau ­–semoga Allah merahmatinya- berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Kini engkau telah dewasa, berpikirlah ke depan agar engkau mencapai cita-citamu”. Beliau juga berkata: “Aku ingin untuk mencapai cita-citaku”.

Masyayikh (guru-guru)nya.
Asy-Syaikh An-Nashihul Amin Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Allah menjaganya-, beliau belajar kepada Asy-Syaikh Yahya dari awal datang sampai hari terakhir beliau wafat, diantara kitab-kitab yang beliau belajar kepadanya adalah:
(Yang belum sempat diselesaikan) “Tafsir Ibnu Katsir”, “Shahih Muslim”, “As-Shahihul Jami’ mimma Laisa Fish Shahihain”, Al-Hiththah fish Shihahi Sitttah”, Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhihi” dll.
(Yang sudah diselesaikan): “Shahihul Bukhary”, “Sunan Shugra Lil Imam Al-Baihaqy”, “Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqim”, “Asma’us Shahabah Lil Imam Ibnu Hazm”, “Adabut-Thullab wa Muntahal Arab” dll.
Pelajaran-pelajaran yang beliau ikuti bersama Asy-Syaikh Yahya tersebut adalah pelajaran umum, beliau juga mengikuti pelajaran-pelajaran khusus bersama masyayikh yang lainnya diantaranya:
Asy-Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Hizam –semoga Allah menjaganya-, diantara kitab-kitab yang beliau belajar kepadanya adalah: “Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid” dan “Fathul ‘Allam Syarhu Bulughul Maram” (jilid 1 dan 2)”.
Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiry –semoga Allah merahmatinya-, kitab yang beliau pelajari kepadanya adalah “Al-Faidh fii Ilmil Faraid”.
Asy-Syaikh Abu Abdillah Kamal Al-Adni –semoga Allah menjaganya-, kitab yang beliau pelajari kepadanya adalah “Lum’atul I’tiqad”.
Beliau juga mengikuti pelajaran-pelajaran khusus bersama para pengajar di Darul Hadits Dammaj, beliau menyelesaikan banyak pelajaran di bidang bahasa Arob, aqidah, manhaj dan mushthalah serta ilmu waris.

Murid-muridnya.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- memiliki keahlian dalam masalah khath (tulisan Arob), beliau menguasai beberapa jenis khath, karena sebab keahliannya maka banyak dari orang-orang Arob dan non Arob meminta beliau untuk mengajari mereka.
Merupakan kebiasaan beliau sesudah shalat shubuh beliau membaca Al-Qur’an dan bila matahari sudah terbit maka beliau shalat dua raka’at setelah itu baru mulailah berdatangan murid-muridnya untuk belajar khath. Beliau terkenal di Dammaj diantara sebabnya karena kepandaian beliau dalam masalah khoth.

Perhatiannya Terhadap Ilmu dan Disiplinnya dalam Mengikuti Pelajaran.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- selalu berdo’a dan meminta kepada Allah untuk diberikan pemahaman yang benar sebagaimana perkataan beliau dalam “Buku Tulisnya”: “Ya Allah pahamkanlah aku Al-Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman yang benar dan hilangkanlah kebodohan dariku”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Ambillah ilmu sebanyak-banyaknya selagi kamu masih berada di Dammaj, karena sangatlah susah orang datang ke Dammaj dan juga membutuhkan biaya yang sangat banyak, maka bersabarlah engkau dalam menuntut ilmu karena pada suatu saat nanti ilmu yang telah engkau dapatkan akan bermanfaat bagi umat Islam –semoga Allah membalas kalian dengan kebaikan-”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- juga berkata: “Karena tujuan utama kita di sini adalah menuntut ilmu yang benar dari Al-Qur’an dan As-Sunnah setelah itu mengajarkannya sebagaimana perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

(خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ)
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengamalkannya”.

Bila beliau mengikuti pelajaran khusus bersama Asy-Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Hizam ­–semoga Allah menjaganya- dengan membaca kitab “Fathul Majid Syarhu Kitabit Tauhid” maka beliau datang di majelisnya setengah jam atau sejam sebelum pelajaran dimulai, selesai pelajaran beliau tidak langsung pulang akan tetapi beliau mendatangi kawan kami Abu Nu’aim Ali bin Mu’allim Al-Jawy –semoga Allah menjaganya- untuk mengulangi pelajaran yang telah dipelajari.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Tulisan Tangannya” dengan judul “Tambahan dari Tulisanku”:

لاَ يُسْتَطَاعُ الْعِلْمُ بِرَاحَةِ الْجِسْمِ
“Tidak diperoleh ilmu dengan badan yang bersantai-santai”

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

مَنْ يُرِدِ الله بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan kepadanya niscaya Allah akan memahamkannya agama kepadanya”.

Maka seharusnya bagi kita untuk menjaga waktu kita dalam menuntut ilmu, sebagaimana perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ»
“Dua kenikmatan yang kebanyakan manusia lalai dari keduanya; nikmat kesehatan dan nikmat waktu yang luang”.


Kebaikan dan Kedermawanannya.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- adalah orang yang baik, memiliki jiwa kebersamaan dan sosialitas yang tinggi, sering kali ada orang yang meminjam uang kepadanya maka beliau selalu meminjamkannya bila beliau memiliki uang, terkadang beliau mengikhlaskan uang tersebut dan beliau mengatakan kepada si peminjam untuk tidak mengembalikannya. Beliau senantiasa bersedekah, bila beliau mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya maka beliau tidak lupa untuk menyisipkan untuk kepentingan dakwah diantaranya dengan membeli laptop, printer dan scanning untuk dakwah Indonesia khusus. Beliau juga tidak lupa dengan kawan-kawannya, beliau mendatangi kawan-kawan dan memberi sedekah kepada mereka dari uang tersebut, beliau bila bersedekah kebanyakan diam-diam sampai terkadang para penerima sedekah bertanya-tanya dari mana sumber sedekah tersebut?.
Bila orang-orang Indonesia ada kerja bakti di gunung Thullab atau di gunung Barraqah maka beliau bergegas berangkat dengan membawa makanan atau minuman-minuman untuk yang bekerja, tidak hanya itu namun beliau –semoga Allah merahmatinya- juga ikut terjun melakukan pekerjaan bersama orang-orang yang bekerja.
Begitu pula pada bulan Ramadhan beliau banyak bersedekah, bila mau pergi melaksanakan shalat lail (tarawih) berjam’ah beliau menyediakan minuman atau makanan-makanan ringan ketika di sela-sela shalat jama’ah (waktu beristrahat karena panjangannya shalat berjama’ah) maka beliau mengajak kawan-kawannya untuk meminum dan memakan apa yang beliau sediakan tersebut. Kedermawanan dan bersedekah pada bulan Ramadhan merupakan suatu amalan yang senantiasa dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abdullah bin ‘Abbas –semoga Allah merahmati keduanya- beliau berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ.
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah paling dermawannya manusia tentang kebaikan, dan beliau paling dermawan ketika di bulan Ramadhan”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).


Kecintaannya Kepada Saudara-saudaranya Seiman.
Merupakan salah satu sifat orang-orang yang beriman adalah menaruh rasa cinta kepada saudara-saudaranya seiman, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».
“Tidak akan sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya apa yang dicintai pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya-).

Dengan berpijak pada hadits tersebut maka Amin berkata: “Setelah kepergian beberapa saudaraku dari negri Amerika dalam keadaan hatiku sedih sampai tidak bisa untuk menahannya….., kemudian datanglah beberapa saudara-saudaraku yang kecil-kecil dan imut-imut dari negriku Indonesia, dan hati sedihku pun mulai tenang dan senang dengan kedatangan mereka”.

Keikhlasannya.
Ketika beliau memiliki waktu maka beliau gunakan dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, terkadang beliau mendengar bacaan Al-Qur’an dan terkadang beliau menterjemahkan kitab, salah satu terjemahannya adalah kitab “Mabadiul Mufidah fil Fiqhi wat Tauhid wal Aqidah” karya Syaikh kami Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Allah menjaganya- yang beliau terjemahkan dengan cara menulisnya ke sebuah buku tulis, orang yang melihat tulisannya tersebut merasa kagum karena bagus tulisannya, ketika ada yang berkata kepadanya: Seandainya kalau terjemahan tersebut disempurnakan dengan menterjemahkan tambahan-tambahan pada cetakan kedua maka tentu akan bertambah bagus dan lebih baik! Bagaimana kalau terjemahan tersebut diketik dan dikirimkan ke Indonesia supaya dicetak, maka beliau berkata: “Kitab tersebut saya terjemahkan dan saya tulis dengan tulisan tangan karena saya mau kirimkan ke keluargaku”.
Setelah terjemahannya tersebut diketik maka ada beberapa orang meminta file-nya, ada pula yang ingin disebarkan ke situs Al-Ulum As-Salafiyyah dan ada yang minta untuk disimpan di kompurnya, karena sudah tersebar maka ada yang berkata: “Disebarkan luas seperti itu apa tidak khawatir ada yang mencurinya, yang kemudian diganti nama penerjemahnya?”. Maka beliau menjawab: “Kami menterjemahkan kitab tersebut hanya mengharapkan balasan dari Allah, adapun bila dicuri kemudian dihapus namanya maka Insya Allah kami yang akan mendapatkan pahalanya adapun si pencurinya maka dia akan mendapatkan dosa dan -semoga Allah tidak memberkahinya-”.
Bila beliau memiliki harta maka beliau bersedekah dengan cara sembunyi-sembunyi sampai terkadang penerima sedekah tidak mengetahui dari siapa sedekah tersebut. Hal itu beliau lakukan karena lebih menjaga keikhlasannya. Perbuatan seperti ini memiliki keutamaan yang sangat besar dan di akhirat kelak akan mendapatkan naungan dari Allah Ta’ala, di dalam “Ash-Shahihain” dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ».
“Ada tujuh yang dinaungi oleh Allah di dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya”, kemudian disebutkan diantaranya:
«وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ يَمِينُهُ مَا تُنْفِقُ شِمَالُهُ».
“Dan seseorang yang bersedekah dengan suatu sedekah yang dia sembunyikan sampai tangan kanannya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kirinya”.


Bagusnya Dalam Bertutur Kata dan Memberi Nasehat.
Pernah sebagian hizbiyyin semisal Abu Salman Mushthafa Al-Buthony alias Abu Abayah dan komplotannya menyebarkan kedustaan ke Ambon bahwa Amin diajak untuk main ke internet dan rumahnya Amin dipakai untuk membicarakan fitnah, dengan keadaan seperti itu kemudian Amin menulis surat dan ditelpon dari Ambon untuk menjelaskan keadaan yang sebenarnya, dalam suratnya dan proses telpon tersebut maka tidak terdengar dari beliau suatu ungkapan melainkan dengan menggunakan kata-kata yang pantas dan dipenuhi dengan dalil-dalil dan dihiasi dengan hujjah yang kokoh, Al-Hamdulillah yang di Ambon pun menerima dan mengikuti kebenaran yang telah dijelaskan oleh Amin, dengan sebab itu kedustaan dan makar para hizbiyyin tersebut terbongkar.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Allah Ta’ala berkata di dalam kitab-Nya:

﴿وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)﴾
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal kebaikan dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-Ashr: 1-3).

Dari ayat-ayat di atas, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan kepada kita semua untuk saling menasehati kepada kebenaran dan menasehati kepada kesabaran”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Apabila ada dari salah seorang diantara kalian yang berbuat kejelekan maka yang terlebih dahulu dilakukan adalah dinasehati”. Apa yang beliau katakan tersebut sesuai dengan perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sebagaimana di dalam “Shahih Muslim” dari Tamim Ad-Dary –semoga Allah merahmatinya-:

«الدِّينُ النَّصِيحَةُ»
“Agama adalah nasihat”. Kamu katakan: Untuk siapa? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ».
“Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan para pemimpinnya kaum muslimin dan masyarakatnya mereka”.


Kesederhanaannya dalam Berpakaian.
Kawan-kawan kagum dengan kesederhanaan beliau karena beliau tidak seperti anak-anak orang kaya yang lainnya, beliau berpakaian tidak ada bedanya dengan kawan-kawannya sampai ada yang berkata: “Kami melihat Amin dan adik-adiknya penampilannya sederhana, kalau di Magetan orang-orang tidak mengira bahwa adek-adeknya Amin itu anaknya orang kaya, berbeda dengan anak-anaknya Dzul Akmal alias Maling Kandang tampak seakan-akan paling kaya raya”.

Menghargai dan Memuliakan Kebaikan Orang Lain.
Bila ada orang memberi makanan kepadanya maka beliau menerimanya lalu kemudian memakannya, bila beliau memiliki makanan atau sudah kenyang maka beliau memberikannya kepada yang lain.
Bila ada yang membuat makanan dan beliau berada di samping orang tersebut lalu beliau diajak makan maka beliau ikut makan, bila beliau tidak berselera maka beliau tidak sedikit pun mencela atau mengatakan bahwa makanan tersebut tidak enak!”. Perbuatan beliau tersebut sesuai dengan bimbingan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dari Abu Hurairah –semoga Allah merahmatinya- beliau berkata:

مَا عَابَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- طَعَامًا قَطُّ كَانَ إِذَا اشْتَهَى شَيْئًا أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَهُ.
“Tidaklah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mencela makanan sedikit pun, jika beliau suka sesuatu dari makanan maka beliau memakannya dan jika beliau tidak menyukainya maka beliau meninggalkannya (tidak memakannya)”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).


Aktivitasnya Setiap Hari Jum’at.
Setelah selesai shalat shubuh pada setiap hari Jum’at beliau dan Adam[1] meluangkan waktu khusus untuk mengikuti latihan bela diri sesama pelatihnya mantan tentara asal Jazair atau kalau latihan bela diri libur maka beliau berolah raga.

Kebersamaan dan Sosialitasnya.
Beliau ­bila mendengar kawan-kawan atau saudara-saudaranya seiman sakit maka beliau bergegas menziarahinya, sudah merupakan kebiasaan beliau sebelum ke tempat orang sakit tersebut beliau mampir terlebih dahulu di toko dalam rangka membeli makanan dan minuman untuk orang yang sakit tersebut.
Bila beliau mendengar bahwa kawan-kawan atau saudara-saudaranya seiman ada kesibukan berupa bakti sosial atau pekerjaan yang membutuhkan bantuan orang lain, bila beliau memiliki keluangan waktu maka beliau bergegas membantu. Hal ini sebagai bentuk dari perwujudan perkataan Allah Ta’ala:

﴿وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ﴾ [المائدة: 2]
“Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (Al-Maidah: 2).


Sikapnya Ketika Tragedi 1 Muharram 1433 Hijriyyah.
Pada 1 Muharram 1433 Hijriyyah sudah ditentukan bahwa beliau –semoga Allah marahmatinya- bersama adiknya berjaga-jaga di matras Indonesia depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washoby (samping markiz Darul Hadits Dammaj), ketika Rofidhah pada hari tersebut sudah mengerahkan segala kekuatannya dan melakukan penembakan senjata jarak jauh dengan puluhan kali tembakan ke gunung Barraqah dan matras-matras di jalan-jalan menuju gunung Barraqah maka Amin menelpon Hisyam Al-Malayzy untuk menanyakan keadaan di gunung apakah ada korban? Hisyam menjawab: “Ada korban tapi nanti saja karena keadaan sudah gawat” (lihat tulisan “SERAM, SERANGAN SATU MUHARRAM”), setelah Amin mendengar keadaan seperti itu dahsyatnya maka beliau ingin untuk ikut naik ke gunung Barraqah –dengan selalu berharap kepada Allah untuk mati syahid- akan tetapi karena beliau sudah ditugaskan untuk jaga di matras Indonesia di depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washoby maka beliau pun bertahan di matras tersebut sebagai bentuk antisipasi jangan sampai ada penyerangan dari Rofidhah ke markiz Darul Hadits atau jangan sampai ada Rofidhah yang menyusup.

Kesabarannya.
Beliau ­–semoga Allah merahmatinya- berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Bersabarlah perjuangan masih panjang wahai anak muda!”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- selalu bersabar terhadap setiap ujian dan cobaan yang datang kepadanya, beliau bersabar dari berbuat kejelekan dan mengungkapkan kata-kata yang menjurus kepada kejelekan tersebut, beliau berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Jika hati ingin mengucapkan sesuatu yang baik maka ungkapkanlah, jika jelek maka bersabarlah dan banyak berdzikir kepada Allah sampai hatimu tenang”. Apa yang beliau katakan ini memiliki landasan dari Al-Qur’anul Karim, Allah Ta’ala berkata:

﴿أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ﴾ [الرعد: 28].
“Ketahuilah, hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang”. (Ar-Ra’d: 28).

Sebelum pemberontak teroris-Rofidhah melakukan pengembargoan terhadap Ahlussunnah di Dammaj maka beliau –semoga Allah merahmatinya- telah terbiasa makan berjama’ah dengan kawan-kawannya di majelis makan markiz Darul Hadits Dammaj, pada waktu pengembargoan beliau pun masih tetap bersabar dengan kawan-kawannya makan berjama’ah, beliau ikut merasakan apa yang dirasakan oleh saudara-saudaranya di Dammaj dan beliau bersabar bersama mereka, hal ini adalah sebagai bentuk pengamalan dari perkataan Allah Ta’ala:

﴿وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا﴾ [الكهف: 28]
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Robb mereka di pagi dan sore hari dengan mengharap wajah-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melampui batas”. (Al-Kahfi: 28).


Sikap Tegasnya Terhadap Pengikut Hawa Nafsu.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Lihatlah teman duduk jangan sampai engkau duduk dengan orang yang ada penyakit di dalam hatinya, karena duduk bersama mereka akan membuat hati sakit:

لا تجالس أهل الأهواء؛ فإن مجالستهم ممرضة للقلب
“Janganlah kamu duduk dengan pengikut hawa nafsu, karena sesungguhnya duduk dengan mereka adalah membuat hati berpenyakit”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Ikutilah ajaran dari Al-Kitab (Al-Qur’an) dan As-Sunnah niscaya engkau akan selamat, carilah teman duduk yang baik niscaya engkau akan baik sepertinya….”

Ketika ada yang dari Ambon menghubungi Amin dan menanyakan tentang seorang hizbi yang bernama Ismail Al-Buthany maka Amin berkata: “Perlu diketahui bahwa kami sekarang sudah pisah dengan Ismail karena permasalan agama, dia membela Luqman Ba’abduh dan masih tetap duduk dengan pengikutnya Luqman Ba’abduh”.
Adapun tentang masalah kesesatan Luqman Ba’abduh ini bisa dilihat dalam makalah-makalah dan buku-buku di antaranya: “NASEHAT UNTUK MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”, “MEREKA ADALAH HIZBIYYUN”, dan “MEDAN, MEMBEDAH KERANCUAN”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- pernah menulis dalam “Buku Tulisnya” dengan judul “Buat Abdussalam yang Lancang”, beliau berkata kepada Abdussalam yang mukim di Ambon: “Wahai orang yang tidak berakal, sudah sekian lama engkau berdakwah tapi tidak pernah menuntut ilmu kepada masyayikh Ahlussunnah dan perkataan yang datang kepadamu dari Al-Qur’an, As-Sunnah dan perkataan salaf dalam rangka menjelaskan tentang kebenaran malah engkau buang begitu saja… engkau tidak memiliki ilmu sama sekali, semoga Allah memperbaiki akalmu yang rusak itu”.

Semangat dan Disiplinnya Ketika Berjaga-jaga.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Wahai jiwa muda semangatlah jangan pantang mundur, selagi masih kuat pergunakanlah kekuatan itu sampai akhir hayatmu”.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- sangat memperhatikan waktu-waktu jaganya, kapan pun beliau diberitahu bila jadwal gilirnya sudah sampai maka beliau langsung siap, bila ada yang sakit dan beliau dihubungi untuk menggantikannya maka beliau langsung bergegas menggantikannya, beliau tidak perduli baik itu jaga siang atau pun jaga malam. Hal ini berbeda dengan sebagian orang yang terkadang mau jaga bila pemberitahuan jauh-jauh hari sebelumnya atau mau jaga kalau hanya jaga siang atau mau jaga kalau sebulan sekali. Beliau bila jaga malam maka beliau tidak akan tidur hingga pagi hari.
Pada awal-awal tahun 1432 Hijriyyah kaum pemberontak Rofidhah yang mereka namai diri-diri mereka dengan “Hutsiyyun” melakukan pergerakan baru dengan terget mengancurkan Darul Hadits Salafiyyah Dammaj dan membantai Ahlussunnah yang ada di Dalamnya, pada tahun tersebut mereka mengadakan berbagai macam upaya untuk membantai Ahlussunnah, mereka menduduki gunung di bagian timur Dammaj dan gunung di bagian kanan Dammaj begitu pula gunung di samping gunung Thullab mereka mendudukinya. Gunung-gunung tersebut mereka jadikan sebagai tempat para penembak jitu mereka melakukan pengintaian terhadap Ahlussunnah. Ketika Amin dan beberapa orang Indonesia berjaga-jaga pada malam hari di matras Asy-Syaikh Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiry maka Hutsiyyun yang berjaga-jaga di samping gunung Thullab melakukan pengintaian terhadap matras yang Amin dan kawan-kawan berjaga-jaga padanya, Hutsiyyun terus melakukan penembakan terhadap matras tersebut, ketika menyaksikan makar Hutsiyyun seperti itu maka Amin mengambil kain putih lalu meletakannya ke ujung kayu kemudian di angkat kayunya sehingga membuat Hutsiyyun terpancing dengan kain tersebut, Khutsiyyun kemudian beramai-ramai melepaskan tembakan ke kain putih tersebut, Amin senang dan tersenyum karena lucu ketika beliau menyaksikan kebodohan Hutsiyyun yang membuang-buang banyak peluru lantaran menembaki kain putih, sungguh bagus perkataannya sebagaimana di dalam “Buku Tulisnya”: “Terkadang hati tertawa melihat sesuatu yang aneh dan terkadang akal memikir ketika melihat sesuatu yang lucu”.
Beberapa hari kemudian setelah kejadian itu Amin dan beberapa kawan naik ke gunung Thullab, ketika di gunung Amin berupaya untuk mengintai dimana sebenarnya tempat para penembak jitu tororis-Rofidhah itu bersembunyi? Karena mereka terus melakukan pengintaian dan terus menembaki Ahlussunnah yang berada di Dammaj, lalu Amin berdo’a: “Ya Allah perlihatkanlah kepada kami di mana tempat para penembak itu bersembunyi?”, beberapa menit kemudian (menjelang azan maghrib) terlihat sumber keluarnya peluru dari lokasi tempat para penembak jitu maka Amin dan kawan-kawan langsung menembaki tempat tersebut.
Teman jaga beliau yang sering bersama beliau adalah Abu Jauhar Adam Al-Bandawy ­–semoga Allah merahmati keduanya-, keduanya terkadang berjaga-jaga di antara perbatasan Dammaj dan Wathan (pemukiman Rofidhah) sebelah timur Dammaj dan terkadang keduanya berjaga-jaga di depan rumah Asy-Syaikh Ahmad Al-Washoby –semoga Allah menjaganya- dan terkadang keduanya ikut giliran jaga bersama para mutazawwijin (orang-orang yang sudah menikah) dan juga terkadang keduanya ikut berjaga-jaga di gunung Thullab dan gunung Barraqah bersama kawan-kawan.

Waktu-waktu Menjelang Kematiannya.
Ketika sore hari sebelum beliau meninggal, beliau mendengar bahwa Abu Husain Umair bin Salim Al-Limbory –semoga Allah menjaganya- sakit karena kewalahan habis jaga di gunung Barraqah maka beliau membuatkan untuknya sebotol minuman dan diberikan sebungkus bahan makanan.
Setelah shalat Isya’ beliau duduk di halaqah (majelis) makan jama’ah di markiz Darul Hadits Salafiyyah Dammaj dengan kawan-kawannya untuk menunggu makan malam, ketika ada seorang kawannya di sms oleh saudaranya di Indonesia maka Amin langsung mengatakan kepadanya: “Balas sms-nya! Ini ada pulsa, pakai saja!”. Setelah selesai makan jama’ah maka beliau ke rumahnya di samping masjid, di rumahnya beliau membersihkan senjatanya, kemudian pada tengah malam beliau keluar dari rumahnya tanpa ada yang mengetahuinya, pagi harinya beliau tidak lagi kembali.
Pada malam tersebut kami juga mendapati teman dekatnya yaitu Adam bin Ahmad Al-Bandwy maka kami berkata kepadanya: “Allahu Yuzzawijuk Binisa’il Jannah” (semoga Allah menikahkanmu dengan bidadari-bidadarinya Jannah), maka beliau berkata: “Amin Allahumma Amin”. Pada pagi harinya kami mendengar bahwa Amin dan Adam keluar bersama.
Setelah sehari semalam Amin dan Adam tidak balik ke markiz Darul Hadits Dammaj maka kawan-kawan mencari infomasinya maka berkatalah seseorang asal Rusia: Kami bersama Amin ikut penyerangan dan aku melihat beliau di gunung untuk menembak Rofidhah ternyata beliau didahului ditembak oleh Rafidhah dari tempat lain, yang tembakannya mengenai antara perut dan dadanya yang megakibatkan beliau terjatuh dari gunung dan jenazahnya berada di lereng gunung selama 5 (lima) hari, kemudian jenazahnya di angkat oleh Lajnah (utusan pemerintah) dan dikembalikan ke Dammaj.

Wasiat-wasiatnya.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- selalu mewasiati adik-adiknya untuk senantiasa memperhatikan waktu-waktu belajarnya, beliau memotivasi adik-adiknya untuk rajin belajar supaya nanti menjadi da’i di Ambon dan dengan -izin Allah- bisa memberi manfaat kepada orang lain, karena beliau ingin mati syahid di Dammaj.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- senantiasa mewasiati adik-adiknya untuk bersedekah dan memperbanyak beramal shalih.

BAB II
KENAPA AMIN DAN KAWAN-KAWAN MELAKUKAN PENYERANGAN?

Pemberontak Rofidhah sangat berupaya untuk menguasai gunung Barraqah karena tempat tersebut berada di atas markiz Darul Hadits Dammaj, bila seseorang ada di atas gunung tersebut maka dia akan melihat secara jelas pemukiman penduduk Dammaj bahkan gang-gang rumah atau halamannya terlihat jelas. Maka tatkala penuntut ilmu dan masyarakat Dammaj berjaga-jaga di atas gunung tersebut Rofidhah pun berupaya untuk merebutnya, sudah berkali-kali mereka melakukan upaya dan penyerangan terhadap gunung tersebut namun tidak berhasil ini semua karena berkat pertolongan Allah Ta’ala.
Dengan upaya serius tersebut mereka hanya bisa menduduki bagian pojok barat dari gunung Barraqah, di tempat tersebut mereka bisa mengintai markiz Darul Hadits Dammaj dan pemukiman di sekitarnya, ketika mereka sudah menempati tempat tersebut mereka jadikan sebagai matras dan tempat untuk menembaki para penuntut ilmu dan masyarakat Dammaj yang berlalu lalang di jalan-jalan menuju ke masjid atau ke rumah-rumah mereka. Mereka tidak perduli siapapun yang mereka lihat maka mereka langsung menembakinya, ketika mereka melihat seorang wanita dari warga Dammaj yang sedang berjalan dari rumahnya ke Mushalla wanita untuk mencuci pakaian, sampai di depan rumahnya orang Rusia dia terkena tembakan jitu Rofidhah yang langsung mati karena peluru mengenai dadanya sehingga mengeluarkan darah dari mulut dan hidungnya.
Sebelum perang yang sekarang ini terjadi mereka juga pernah menembaki anak perempuan kecil yang berada di samping mesin penyedot air untuk mengangkat air, anak tersebut mati karena tembakan mereka yang mengenai tubuhnya. Begitu pula ada seorang bapak yang mengendong anaknya yang masih bayi ternyata Rofidhah menembaknya dengan dua kali tembakan yang kedua tembakan tersebut langsung mengenai bayinya tersebut sehingga langsung mati.
Sudah sangat banyak dari para penuntut ilmu yang luka-luka karena sebab tembakan-tembakan jitu mereka tersebut. Tidak hanya itu bahkan mereka juga menembaki penampung air yang berada di samping masjid, menembaki tempat-tempat tinggal para penuntut ilmu, menembaki masjid dan maktabah Darul Hadits Dammaj sehingga shalat berjama’ah pun pindah ke asrama penuntut ilmu, begitu pula dapur umum mereka tembaki dengan meriam sehingga tempat masak pun dipindahkan ke warung, begitu pula tempat pembuatan roti mereka tembaki dengan meriam sehingga bolong dindingnya yang kemudian pembuatan roti pun di pindahkan ke mazra’ah.
Dengan melihat kejahatan mereka seperti itu maka bangkitlah sebagian kawan-kawan untuk berupaya menyerang tempat tersebut karena hanya dengan cara penyerangan ke tempat itu Insya Allah akan menghentikan tindakan jahat Rofidhah yang tidak berperikemanusiaan. Pada malam Rabu 12 Muharram 1433 Hijriyyah Amin dan kawan-kawan mulai merencanakan untuk melakukan penyerangan dengan cara dirahasiakan namun ternyata ada juga yang mengetahuinya, dengan penuh tawakkal mereka membagi beberapa pasukan; Amin bersama beberapa kawannya menyerang dari bagian samping kanan gunung Barraqah dan mereka tidak sampai menguasai matras Rofidhah karena mereka dihadang dengan senjata kaki tiga (penembak pesawat), tembakan-tembakan Rofidhah mengenai Amin dan 2 (dua kawan)nya.
Pasukan yang lainnya dari bagian kiri dan atas gunung Barraqah dan mereka berhasil menguasai matras Abdul Karim namun karena Rofidhah memiliki persenjataan berat semisal mortir, basoka, meriam, tank dan bom biologis yang merusak tubuh dan memudharatkan saluran pernapasan maka mereka pun ditembakan dengan persenjataan tersebut, dengan sebab itu 19 (sembilan belas) orang dari kawan-kawan Amin yang berada di matras Abdul Karim dan sekitarnya terkena tembakan-tembakan dan bom biologis tersebut yang mengakibatkan muka-muka dan anggota tubuh mereka rusak, hangus dan berbau busuk, dan jenazah-jenazah mereka baru bisa diambil pada hari yang keempat.
Adapun Amin dan kedua kawannya maka mereka bertiga terjatuh di lereng gunung Barraqah. Jenazahnya Amin dan seorang kawannya dapat diambil pada hari yang kelima, adapun kawan yang satunya lagi jenazahnya dapat diambil pada hari yang kedelapan atau kesembilan.
Walaupun Ahlussunnah meninggal 22 (dua puluh dua) orang namun kemenangan ada pada pihak Ahlussunnah, adapun Rofidhah maka sungguh mereka di atas kekalahan dan korbannya mereka sangat banyak -hanya Allah yang tahu jumlahnya-.

BAB III
TANGGAPAN TERHADAP KOMENTARNYA PARA KOMENTATOR

Setelah Rofidhah melakukan penyerangan terhadap gunung Barraqah pada 1 Muharram 1433 Hijriyyah dan Al-Hamdulillah mereka tidak bisa merebut gunung tersebut maka mereka pun mulai mencari jalan lain untuk bisa menguasainya. Bersamaan dengan itu muncul pula para komentator yang berani mengeluarkan kemontar miring yang seakan-akan menampakan pembelaan terhadap Rofidhah, sebelum terjadi jihad melawan Rofidhah di Dammaj dan di propinsi Sha’dah mereka menulis banyak karangan (buku) tentang masalah Rofidhah namun ketika Rofidhah bangkit melakukan pemberontakan dan pengembargoan terhadap Ahlussunnah di Dammaj serta memerangi Ahlussunnah di Dammaj dan Sho’dah lebih-lebih ketika Rofidhah melakukan penyerangan besar-besaran pada 1 Muharram 1433 Hijriyyah mereka pun berkata: “Perang yang terjadi di Dammaj itu hanyalah memperebutkan gunung”[2]. Apakah mereka itu telah buta mata kepala dan mata hati mereka sehingga berkata seperti itu?, sungguh komentar mereka itu tidak ada bedanya dengan komentar pentolan munafiq Yusuf Al-Qardhawy –semoga Allah menghinakannya-[3] yang berani berkata bahwa perang yang terjadi antara Palestina dengan Israel itu hanyalah karena memperebutkan tanah.
Perkataan mereka: “Perang yang terjadi di Dammaj itu hanyalah memperebutkan gunung” maka mereka tidak menyadari kalau sebenarnya mereka telah memiliki kesamaan visi dan misi dengan Rofidhah atau mereka telah menampakan diri kalau mereka seakan-akan sedang membela Rofidhah, diantaranya:
Melarang manusia untuk datang menimba ilmu agama di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj dan yang ada di Dammaj diperintahkan untuk keluar dari Dammaj. Visi yang ini sangat kentara pula dilakukan oleh jaringan mereka di Indonesia, diantara mereka adalah Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Muhammad Umar As-Sewwed, Muhammad As-Sarbiny, Askary, Muhammad Afifudin As-Sidawy, Mukhtar alias Herga Lafirlas, Ayip Syafrudin, Saifullah (mukim di Ambon), Qamar Su’aidi, Agus Ruwaifi, Hariadi, Muslim, Abdussalam (mukim di Ambon) dan Dzul Akmal alias Maling Kandang.
Menuduh Ahlussunnah yang ada di Dammaj dengan tuduhan dusta bahwa Ahlussunnah di Dammaj adalah thaghut, hal ini sebagaimana yang dituduhkan pula oleh Dzul Akmal alias Maling Kandang. Tuduhannya tersebut tidak ada bedanya dengan tuduhan Rafidhah terhadap Ahlussunnah yang di Dammaj, dari balik gunung Barraqah orang-orang Rofidhah berteriak dengan pengeras suara: “Thaghut Wahhabi… Al-Maut Lil Amrika…. Al-Maut Lil Israil”, tidak hanya itu bahkan mereka juga memasang tuduhan-tuduhan tersebut di jalan-jalan daerah Sho’dah namun ketika mereka mendengar bahwa utusan dari PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) akan datang ke Sha’dah maka mereka bergegas menyopot tuduhan-tuduhan tersebut, ketika utusan PBB datang mereka pun menyambut dan membuat opini serta mereka mulai membalikan fakta, mereka melarang utusan PBB tersebut untuk datang ke Dammaj karena Ahlussunnah di Dammaj kata mereka sangatlah ekstrim, orang yang bercelana pantalon dan memotong jenggot mereka katakan orang Amerika! Kafir!. Jadi apa yang digembar-gemborkan oleh para hizbiyyun semisal Abdul Ghafur Al-Malingi dan pembesar-pembesarnya seperti Usamah Faishal Mahri, Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Muhammad Umar As-Sewwed, Ahmad Khadim, Ayip Syafrudin, Muhammad Afifudin, Muhammad As-Sarbiny, Askary dan jaringannya bahwa Darul Hadits Dammaj adalah haddadi, ekstrim dan ghuluw maka itu semua hanyalah tuduhan sebagaimana yang dituduhkan oleh teroris-Rofidhah.
Merasa bergembira dengan pengembargoan dan penyerangan yang dilakukan oleh Rafidhah terhadap Ahlussunnah di Dammaj, dan mereka mengatakan bahwa yang terjadi di Dammaj itu adalah bala’ dan malapetaka semata[4].
Apa yang terjadi di Dammaj itu bukan jihad syar’i[5] sehingga mereka tidak memberi bantuan dan dukungan sedikit pun. Adapun perkataan ini maka jauh-jauh hari sebelumnya Amin telah membantahnya, Amin berkata sebagaimana dalam “Buku Tulisnya”: “Jihad pada saat seperti ini adalah jihad yang shahih, apabila Rafidhah masuk (menyerang) kalau kita tidak memiliki senjata dan hanya memiliki pisau maka kita lawan dengan pisau”.

BAB IV
BANTAHAN AMIN TERHADAP PEMIKIRAN SESAT

Beliau telah banyak membantah pemikiran sesat dengan lisan beliau di antaranya:

Yang berkaitan dengan tasawwul (minta-minta).
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: Tasawwul ada dua bentuk: Tasawwul dengan mulut dan tasawwul dengan keadaan (seperti keadaan baju, raut wajah dan sebagainya, dengan niat agar orang merasa kasihan sehingga orang mau memberi dana), ini semua terlarang secara syari’at dan bisa merusak wibawa dakwah salafiyyah.
Beliau ­–semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Buku Tulisnya”: “Dakwah Salafiyyah terlalu agung untuk dihinakan dengan tasawwul (minta-minta/mengemis), kepada Allah kita meminta tolong bukan kepada makhluk”. Apa yang beliau katakan ini sebagaimana pengakuan dan pernyataan kita ketika kita di dalam shalat:

﴿إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ﴾ [الفاتحة: 5]
“Hanya kepada-Mulah kami beribadah dan hanya kepada-Mulah pula kami meminta pertolongan”. (Al-Fatihah: 5).


Yang berkaitan dengan menyikapi kemaksiatan.
Beliau –Rahimahullah- berkata: “Sekecil apapun maksiat itu tidak boleh dibiarkan karena akan membuat Allah murka dan Dia tidak akan memberi berkah kepada amalan dan rencana kita semua”.

Yang berkaitan dengan bumi dan matahari dan bahwasanya bumi berputar mengelilingi matahari dan matahari tetap.
Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata: “Orang yang pertama kali memunculkan pemikiran bahwa matahari tetap dan bumi berputar mengelilingi matahari adalah Petagoras seorang ahli filsafat dari Yunani…. pada zaman ini ditemukan perkataan tersebut di kalangan kaum muslimin, mereka taqlid kepada musuh-musuh Islam sebagaimana disebutkan di dalam kitab “Ash-Shawaiq Asy-Syadiid” karya At-Tuwaijiy (hal. 7-8) sungguh mereka adalah orang-orang yang bingung, Nabi Shallallahu ‘Aaihi wa Sallam berkata:

أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً
“Apakah kalian bingung di dalamnya, dan jiwaku yang berada di tangan-Nya sungguh telah kami datangkan kepada kalian dengannya kejelasan yang murni”. (HR. Ibnu Abi ‘Ashim dari hadits Jabir dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani).

Dan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih menunjukan atas tetapnya bumi dan tidak adanya gerakan kecuali pada suatu kejadian seperti gempa bumi atau sejenisnya, dan berputarnya matahari pada porosnya.
Adapun dalil-dalil yang menunjukan atas tetapnya bumi, diantaranya: Allah “Ta’ala berkata:

﴿إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا﴾ [فاطر: 41]
“Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Al-Halim (Yang Maha Penyantun) lagi Al-Ghafur (Yang Maha Pengampun)”. (Fathur: 41).

Allah Ta’ala menahan langit dan bumi dari gesekkan itu menunjukan atas tetapnya bumi dan Allah Ta’ala berkata:

﴿وَمِنْ آَيَاتِهِ أَنْ تَقُومَ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ﴾ [الروم: 25]
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah tegaknya langit dan bumi dengan perintah-Nya”. (Ar-Rum: 25)

Dan tegak di sini maknyanya berhenti, sebagaimana perkataan Allah Ta’ala:

﴿وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا﴾ [البقرة: 20]
“Dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti”. (Al-Baqarah: 20)

Yaitu berhentilah kalian dan tetaplah kalian pada tempat-tempat kalian. Allah Ta’ala berkata:

﴿أَمْ مَنْ جَعَلَ الْأَرْضَ قَرَارًا وَجَعَلَ خِلَالَهَا أَنْهَارًا وَجَعَلَ لَهَا رَوَاسِيَ﴾ [النمل: 61]
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya”. (An-Naml: 61).

Berkata Al-Imam Ibnu Katsir –semoga Allah merahmatinya-: Yaitu tenang dan tidak berputar dan dia tidak bergerak dengan penduduknya”. Perpasalahan ini beliau –semoga Allah merahmatinya- mengambil faedah dari tulisannya Asy-Syaikh Abu ‘Amr Abdul Karim Al-Hajury Al-‘Umary untuk lebih jelasnya silahkan merujuk kepada tulisan Asy-Syaikh Abu ‘Amr Abdul Karim Al-Hajury Al-‘Umary –semoga Allah menjaganya-.

[1] Nama asli beliau adalah Hariyanto Ahmad, beliau berasal dari pulau Banda-Maluku. Pendidikan SMA-nya di Ambon, di Ambon inilah beliau mulai mendalami ilmu agama, setelah itu beliau ke pondok pesantren di Sulawesi dan di Jawa. Setelah beliau memiliki bekal ilmu maka ada saudara-sudaranya seiman di Timika-Irian Jaya membutuhkannya, maka beliau ke Timika, ketika di Timika beliau teranggap sebagai anak angkat dari Abu Difa’ Romlan dan dibantu dalam proses pengurusan surat-surat untuk ke Dammaj.
Sebelum ke Dammaj beliau –semoga Allah merahmatinya- sudah teranggap sebagai ustadz di Timika dan di Dammaj beliau memiliki peran penting dalam dakwah, beliau mendapatkan kepercayaan sebagai penjaga perpustakaan umum Darul Hadits Salafiyyah Dammaj serta beliau sebagai penanggung jawab terhadap situs Al-Ulum As-Salafiyyah pada bagian bahasa Indonesia –semoga Allah marahmatinya-.
[2] Diantara mereka yang mengakatan perkataan tersebut adalah Asy-Syaikh Muhammad Al-Ustadz penulis buku sesat “Al-Ibanah ‘an Kaifiyatit Ta’mul Ma’al Khilafi Baina Ahlis Sunnah wal Jama’ah” pengasuh markiz campur aduk di Ma’bar, sangat memalukan dengan bangga menulis pada akhir namanya sendiri dengan gelar Al-Imam akan tetapi sikapnya seperti buta huruf.
[3] Pernyataan bahwa dia adalah seorang munafiq tulen dikemukan oleh Syaikh kami An-Nashihul Amin Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Allah menjaganya- pada pelajaran umum di masjid As-Sunnah Markiz Darul Hadits Salafiyyah Dammaj, dan beliau mengemukannya bukan hanya sekali atau dua kali akan tetapi sudah berkali-kali.
[4] Tidak hanya itu, bahkan ketika mujahidin yang terdiri dari gabungan qabilah-qabilah berupaya untuk membantu Ahlussunnah di Dammaj dengan cara membuka jalan untuk masuk ke Dammaj maka Asy-Syaikh Muhammad Al-Ustdaz dan kawan-kawannya menegaskan bahwa mereka itu bukan Ahlussunnah akan tetapi mereka hanyalah orang-orang qabilah, maka kami katakan: Lebih baik mereka masih memiliki jiwa keimanan, apa yang dirasakan oleh saudaranya seiman di Dammaj mereka ikut merasakan itulah hakekat ukhuwah islamiyyah imaniyyah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».
“Tidak akan sempurna keimanan salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya apa yang dicintai pada dirinya sendiri”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim dari Anas bin Malik –semoga Allah meridhainya-).

Adapun Asy-Syaikh Muhammad Al-Ustadz dan Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Washoby serta kawan-kawannya maka mereka melihat sebelah mata tentang Ahlussunnah di Dammaj dan bahkan mereka menampakan ketidak dukungannya.
[5] Mungkin yang mereka maukan dengan jihad syar’i itu adalah jihad yang pernah mereka lakukan; datang ke istana presiden Jakarta dengan membawa pedang yang siap dihunuskan dan kemudian mereka melakukan pergerakan jahat lainnya (lihat tulisan “NASEHAT UNTUK MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”), atau mungkin mereka menganggap bahwa perbuatan yang sedang mereka lakukan seperti penghinaan, pencelaan dan pemberian tuduhan dusta terhadap Ahlussunnah di Dammaj itulah jihad yang hakiki. Kalaulah begitu jeleknya anggapan mereka maka sungguh benar-benar mereka telah buta mata hati mereka, Allah Ta’ala berkata:

﴿أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ﴾ [الحج: 46]
“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.

Sumber

[Isnad.net]~AMIN~ ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN {Download}

Posting-posting Terkait

>>> [Dammaj Crisis] Update Berita Blokade Dammaj
>>> [Dammaj Crisis] Tidak Bersyukur kepada Allah Orang yang Tidak Berterima Kasih kepada Manusia
>>> [Dammaj Crisis] Seruan Syaikh 'Abdul Muhsin al-'Abbad untuk Berjihad Melawan Hutsiyin Rafidhi di Dammaj
>>> [Dammaj Crisis] Sambutlah Seruan Jihad Ini!
>>> [Dammaj Crisis] Penjelasan atas Kezhaliman Syi'ah Rafidhah al-Hutsi dan Blokade Mereka di Dammaj
>>> VIDEO: [Dammaj Crisis] Seruan Berjihad Melawan Syi'ah (Rafidhah) di Dammaj - Syaikh Yahya al-Hajuri
>>> VIDEO: [Dammaj Crisis] Seruan kepada Seluruh Ahlus Sunnah untuk Menolong Saudara-saudara Kita di Dammaj - Syaikh Rabi al-Madkhali
>>> [Dammaj Crisis] Seruan kepada Seluruh Ahlus Sunnah untuk Menolong Saudara-saudara Kita di Dammaj - Syaikh Rabi al-Madkhali
>>> [Dammaj Crisis] Kalimah Syaikh Yahya bin 'Ali al-Hajuri -hafizhahullahu- tentang Serangan Rafidhah dengan Memblokade Ahlu Dammaj

http://islam-itu-mulia.blogspot.com/2011/12/dammaj-crisis-amin-anak-maluku.html