[Dammaj Crisis] Surat Santri Dammaj

Kepada Saudaraku..
di Tanah Air
dari Tholabatul Ilmi Indonesia
di Darul Hadits Dammaj al-Khoir
Sehubungan dengan Pemberontakan Rofidhoh ke-Tujuh


Pendahuluan

الحمد لله رب العالمين وأشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله اللهم صل وسلم على محمد وآله أجمعين، أما بعد:
Sesungguhnya pemberontakan Rofidhoh terhadap pemerintah Yaman telah berlangsung bertahun-tahun. Pada pemberontakan mereka yang keenam (tahun 1430-1431H) mereka menyerang Darul Hadits di Dammaj, dan segala pujian bagi Alloh yang menolak kejahatan mereka. Adapun pemberontakan mereka yang ketujuh ini –akhir bulan Dzul Qo’dah 1432 H hingga sekarang (4 Muharrom 1433 H) merupakan kejadian yang paling dahsyat bagi kami para tholabatul ilmi (pelajar) di Darul Hadits di Dammaj. yang mana para pemberontak tersebut menggabungkan antara:
  • pengepungan untuk menghalangi jamaah haji, mematikan ekonomi masyarakat dammaj dan menghalangi berangkatnya orang sakit dan para wanita hamil untuk berobat atau dirawat di rumah sakit,
  • boikot makanan, minuman, obat-obatan dan sebagainya
  • teror dan pembunuhan jarak jauh terhadap para pelajar dan masyarakat Muslimin, laki-laki dan perempuan,
  • perang media masa, untuk memutarbalikkan fakta bahwasanya para pemberontak Rofidhoh itu telah dizholimi oleh masyarakat Dammaj. Ini semua adalah kedustaan belaka,
  • pengkhianatan yang berulang-ulang dengan cara membunuh Muslimin setiap kali terbentuk perjanjian damai atau gencatan senjata.
Manakala berita ini telah meluas di seluruh kalangan Muslimin di tanah air, dan kami diminta menyelamatkan diri keluar dari Dammaj, maka saya akan menyampaikan ketetapan hati kami sebagaimana yang tertera berikut ini, -semoga Alloh memberikan taufiq-Nya kepada kita semua-.

Bab Satu: Parahnya Kerusakan Aqidah Pemberontak Rofidhoh

Rofidhoh adalah suatu aliran yang dirintis oleh Abdulloh bin Saba Al Yahudiy, muncul pada masa pemerintahan Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه. (Rujuk “Al Hujajul Qothi’ah”/karya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy/hal. 11).
Semula mereka mempopulerkan diri dengan sebutan “Syi’atul ‘Ali” atau “Syi’atu Ahlil Bait”. Kelompok yang ghuluw (berlebihan) dari mereka terkenal dengan julukan “Rofidhoh” karena mereka menolak salah seorang imam Ahlul Bait: Zaid bin Ali bin Husain bin Ali bin Abi Tholib karena beliau setia dan memuji kepada Abu Bakr Ash Shiddiq dan Umar ibnul Khoththob رضي الله عنهما.

Di antara penyimpangan fatal mereka adalah sebagai berikut:
Satu: Tentang tauhid Uluhiyyah dan nama serta sifat Alloh ta’ala.
Rofidhoh berbuat kesyirikan besar di tempat-tempat pemujaan mereka. (rujuk: “Ad Durorus Saniyyah”/10/hal. 249).
Juga berdoa kepada selain Alloh. (rujuk: “Fatawal Lajnatid Daimah”/18/hal. 313, juga “Darul hadits Bi Dammaj Wa Harbir Rofidhoh”/hal. 19).
Juga bersujud pada para pembesar mereka, dan memerintahkan sebagian wartawan untuk sujud pada pimpinan mereka Abdul Malik Al Hutsiy, beberapa waktu yang lalu, tapi wartawan tersebut menolak.
Mereka banyak meninggalkan masjid-masjid, tapi membangun tempat-tempat perayaan di atas kuburan. Mereka juga beranggapan bahwasanya haji ke tempat-tempat perayaan tersebut termasuk ibadah yang paling agung. Bahkan sebagian ulama mereka lebih mengutamakan haji ke tempat tersebut daripada haji ke Baitulloh. (rujuk: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Mereka berkeyakinan bahwasanya orang yang beriman pada nama-nama dan sifat Alloh yang ada dalam Al Qur’an dan As Sunnah itu kafir. Juga mengkafirkan orang yang beriman pada taqdir Alloh. (rujuk semuanya: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Dua: tentang Rosululloh صلى الله عليه وسلم
Sebagian dari mereka berpendapat bahwasanya kemaluan nabi صلى الله عليه وسلم harus masuk ke dalam neraka karena menggauli istri beliau Hafshoh dan ‘Aisyah رضي الله عنهما. (rujuk semuanya: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Tiga: tentang Istri-istri Rosululloh صلى الله عليه وسلم
Kebanyakan dari mereka menuduh ‘Aisyah  berzina. (rujuk “Darul hadits Bi Dammaj Wa Harbir Rofidhoh”/karya Asy Syaikh Sa’id Da’as Al Yafi’iy dan Ziyad bin Ali Ar Rodfaniy/hal. 19).
Kebanyakan dari mereka mengkafirkan para ummahatul Mukminin istri Rosululloh صلى الله عليه وسلم seperti ‘Aisyah dan Hafshoh. (rujuk semuanya: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Empat: Tentang para Shohabat Rosululloh صلى الله عليه وسلم dan keluarga beliau
Rofidhoh berkeyakinan bahwasanya para Shohabat dari kalangan Muhajirin dan Anshor menyembunyikan nash bahwasanya Ali bin Abi Tholib adalah imam yang ma’shum, pengganti Nabi صلى الله عليه وسلم. Maka dengan itu mereka mengkafirkan para shohabat kecuali beberapa orang saja. Juga berkeyakinan bahwasanya Abu Bakr dan Umar itu munafiq atau murtad. (lihat “Maqolatul Islamiyyin” karya Abul Hasan Asy’ariy (1/hal. 16), juga “Darul hadits Bi Dammaj Wa Harbir Rofidhoh”/karya Asy Syaikh Sa’id Da’as Al Yafi’iy dan Ziyad bin Ali Ar Rodfaniy/hal. 19).
Mereka juga banyak mencaci Abu Bakr dan Umar (rujuk: “As Sunnah” karya Al Imam Abu Bakr Al Khollal (3/hal. 493).
Dan mengatakan bahwasanya keduanya bukanlah imam (kholifah). (rujuk: “Siyar A’lamn Nubala”/10/hal.31).
Mereka bersikap berlebihan dalam mengagungkan keluarga Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم . Sebagian mereka menganggap Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه itulah yang berhak jadi pemegang kekuasaan sepeninggal Rosululloh صلى الله عليه وسلم , hanya saja Abu Bakar Ash Shiddiq dan para shohabat yang lain merebutnya dari tangan beliau –menurut anggapan mereka-
Sebagian dari mereka menganggap bahwasanya Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه itulah berhak jadi nabi, hanya saja malaikat Jibril عليه السلام  berkhianat dan menyerahkan wahyu kepada Muhammad صلى الله عليه وسلم , -menurut anggapan mereka-.
Sebagian dari mereka menganggap bahwasanya Ali bin Abi Tholib رضي الله عنه itu adalah Alloh.
Lima: Tentang keumuman Muslimin
Mereka mengkafirkan mayoritas umat Muhammad صلى الله عليه وسلم, dan bahwasanya kekufuran mereka itu lebih parah daripada kekufuran Yahudi dan Nashoro. Mereka juga mengkafirkan setiap orang yang berkeyakinan adilnya Abu Bakr, Umar dan Muhajirin dan Anshor, dan kafirnya orang yang mendoakan ridho bagi mereka.
Mereka juga mengkafirkan para imam di antaranya: Abu Hanifah, Malik, Asy Syafi’iy, Ahmad bin Hanbal dan yang lainnya. (rujuk semuanya: “Majmu’ul Fatawa Syaikhul Islam”/28/hal. 477 dst.).
Mereka berkeyakinan bahwasanya harta Muslimin, darah dan kehormatan mereka itu halal mereka rampas. (rujuk: “Al Hujajul Qothi’ah”/karya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy/hal. 19, dan “Bayanu Annar Rofidhoh Jami’an Kuffar” karya Abul ‘Abbas Asy Syihriy/hal. 64)
Enam: Tentang pemerintah Muslimin
Mereka berkeyakinan bahwasanya kekuasaan itu tidak sah kecuali jika dipegang keluarga Ali. Mereka juga berkeyakinan bahwa sholat Jum’ah dan jama’ah itu tidak sah kecuali di belakang imam yang ma’shum, sementara imam ma’shum tersebut belum datang hingga sekarang. Oleh karena itu mereka meninggalkan sholat Jum’ah dan Jamaah. (rujuk: “Bayanu Annar Rofidhoh Jami’an Kuffar” /hal. 64).
Oleh karena itu pula mereka tidak mau taat pada pemerintah sekalipun bukan pada kemaksiatan, juga tak mau melaksanakan hukum-hukum mereka. (rujuk: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Tujuh: sikap mereka terhadap orang-orang kafir.
Rofidhoh berloyalitas kepada Yahudi dan Nashoro serta musyrikin untuk memerangi mayoritas Muslimin. (rujuk: “Majmu’ul Fatawa”/3/Hal. 356).
Delapan: dalam masalah kejujuran
Mereka menghalalkan kedustaan dan menjadikannya sebagai dasar dan syiar agama mereka. (rujuk: “Mizanul I’tidal”/1/hal. 6).
Seluruh sifat kemunafikan (jika dia berbicara maka dia berdusta. Jika dia berjanji maka dia mengingkarinya, dan jika dia dipercaya maka dia akan berkhianat) ada pada mereka (rujuk: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Kedustaan dan kebohongan mereka atas nama nabi صلى الله عليه وسلم, kerabat dan shohabat beliau melebihi kedustaan ahlul kitab, sebagaimana hasil penelitian Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله (rujuk semuanya: “Majmu’ul Fatawa”/28/hal. 477 dst.).
Sembilan: dalam beberapa masalah fiqh
Mereka meyakini halalnya nikah mut’ah, bolehnya meminjamkan kemaluan istrinya, dan bolehnya menggauli istrinya di duburnya. (rujuk: “Bayanu Annar Rofidhoh Jami’an Kuffar” karya Abul ‘Abbas Asy Syihriy/hal. 64).
Sepuluh: dalam masalah Al Qur’an
Mereka meyakini bahwasanya Al Qur’an tidak selamat dari penambahan dan pengurangan. (lihat “Nahjus Salamah”/karya Al Alusiy/hal. 29-30, dan “Ash Shorimul Maslul”/karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah/hal. 518).
Mereka sendiri membikin penambahan ayat-ayat tertentu di dalam Al Qur’an. (lihat “Al Hujajul Qothi’ah”/karya Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy/hal. 14 dan 40).
Itu semua adalah kebatilan yang sangat besar, bukan semata-mata masuk dalam perkara khilafiyyah atau ijtihadiyyah atau cabang, menurut sebagian orang, akan tetapi hal itu tadi benar-benar masuk dalam inti dan prinsip agama Islam. Hal itu menyebabkan banyak ulama menghukumi bahwasanya Rofidhoh itu kuffar, keluar dari Islam. (rujuk penukilan dari ucapan para ulama dalam: “Al Hujajul Qothi’ah”/karya Asy Syaikh yahya Al Hajuriy/hal. 40, “Bayanu Annar Rofidhoh Jami’an Kuffar” karya Abul ‘Abbas Asy Syihriy, juga “Darul hadits Bi Dammaj Wa Harbir Rofidhoh”/karya Asy Syaikh Sa’id Da’as Al Yafi’iy dan Ziyad bin Ali Ar Rodfaniy/hal. 19, dan juga “Nushush Aimmatid Din ‘Ala kufrir Rofidhotil Mariqin”/karya abu Turob al Indonesiy).

Bab Dua: Wajibnya Membantu Pemerintah Muslimin untuk Menghadapi Ganasnya pemberontak Rofidhoh 

Kami Ahlussunnah Wal Jama’ah menimbang segalanya berdasarkan Al Qur’an, As Sunnah dengan bimbingan para ulama salafush Sholih. Firman Alloh ta’ala:
﴿وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا﴾.
“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An Nisa: 115).
Syaikhul Islam رحمه الله berkata: “Dan syi’ar dari firqoh-firqoh ini adalah : pemisahan diri dari Al Kitab, As Sunnah dan ijma’. Maka barangsiapa berbicara dengan Al Kitab, As Sunnah dan ijma’ maka dia itu adalah termasuk dari Ahlussunnah Wal Jama’ah.” (“Majmu’ul Fatawa”/3/hal. 346).
Maka yang menjadi timbangan dalam hukum-hukum aqidah hati dan ucapan lisan serta gerakan anggota badan adalah ini tadi, sebagaimana kata Syaikhul Islam رحمه الله : “Hanyalah yang diikuti dalam penetapan hukum-hukum Alloh adalah: Kitabulloh, sunnah Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم dan jalan As Sabiqunal Awwalun. Tidak boleh menetapkan hukum syar’iy tanpa ketiga prinsip ini, baik secara nash ataupun istimbath sama sekali.” (“Iqtidhoush Shirothil Mustaqim”/2/hal. 171).
Kemudian kami dapati kewajiban untuk menghormati pemerintahan Muslimin, menaatinya dalam perkara yang tidak bertentangan dengan syariat, dan menjaganya dari rongrongan siapapun.
Dalam hadits ‘Ubadah Ibnush Shomit rodhiyallohu ‘anhu berkata:
بَايَعْنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-فَكَانَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِى مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا وَأَنْ لاَ نُنَازِعَ الأَمْرَ أَهْلَهُ قَالَ « إِلاَّ أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ ». وعلى أن نقول بالحقّ أينما كنّا لا نخاف في الله لومة لائم.
“Kami membai’at Rosululloh -shalallohu ‘alaihi wa sallam- untuk mendengar dan taat dalam keadaan kami rajin dan malas, dalam keadaan kami merasa sulit dan mudah, dan dalam keadaan kami tertimpa kezholiman, dan agar kami tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya. Lalu beliau bersabda,”Kecuali jika kalian melihat kekufuran yang nyata, yang kalian punya bukti dari Alloh tentangnya.” Dan agar kami berbicara dengan benar di manapun kami berada tanpa merasa takut di jalan Alloh cercaan orang yang mencerca.”
Nabi Sallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
((من أتاكم وأمركم جميع على رجل واحد يريد أن يشقّ عصاكم، أو يفرّق جماعتكم، فاقتلوه)).
“Barangsiapa mendatangi kalian dalam keadaan urusan kalian itu satu pada satu orang, orang tadi ingin mematahkan tongkat kalian atau membelah jamaah kalian, maka bunuhlah dirinya.”
Maka dari itu manakala gerombolan Rofidhoh melancarkan pemberontakan pada pemerintah Yaman, membunuhi masyarakat, merampoki harta benda mereka, merusak kehormatan wanita dan anak-anak, dan menebarkan teror yang membikin takut masyarakat dan para tentara dan aparat negara, bangkitlah kepala Darul Hadits As Salafiyyah di Dammaj –Asy Syaikh Al Muhaddits Yahya bin Ali Al Hajuriy- lewat ceramah-cemarah dan tulisan-tulisan beliau memperingatkan umat akan salahnya langkah Rofidhoh dan bahayanya membiarkan mereka memberontak pemerintahan yang berdaulat. Beliau dalam ibadah yang agung ini dibantu oleh para ulama Ahlussunnah di dammaj dan yang lainnya.
Melalui cemarah-ceramah dan karya tulis yang penuh dengan keberanian dan tak kenal lelah tersebut, berkobarlah semangat aparat pemerintahan dan aparat keamanan beserta kaum Muslimin untuk membendung api pemberontakan Rofidhoh yang tengah bergejolak dengan dahsyat, hingga akhirnya bisa dipadamkan untuk tenggang waktu yang lama.

Bab Tiga: Kebencian Rofidhoh Terhadap Darul Hadits di Dammaj 

Menjelang fase pemberontakan yang kelima orang-orang Syiah mulai menuntut pemerintah Yaman untuk menutup Darul Hadits Salafiyyah di Dammaj. Akan tetapi pemerintah menolak karena mereka memahami bahwasanya para Salafiyyun adalah Muslimun yang sibuk belajar dan berdakwah, tidak berminat untuk mencari dunia atau menduduki kursi kekuasaan, dan sangat membenci pergolakan dan dan kekacauan.
Pada fase pemberontakan keenam, di samping menyerang instansi keamanan dan pemerintahan, orang-orang Rofidhoh mulai menyerang Darul Hadits Salafiyyah di Dammaj. Para ulama Darul Hadits Salafiyyah di Dammaj dan pelajar serta masyarakat berjuang mempertahankan pondok. Memang jatuh korban dari masyarakat dan pelajar, akan tetapi dengan pertolongan Alloh, dan kemudian dengan bantuan pemerintah, keganasan Rofidhoh bisa dibendung dengan tewasnya ratusan prajurit mereka. Kemudian terbentuklah perdamaian.
Sepanjang hari-hari perdamaian Rofidhoh secara bertahap berusaha membatasi perekonomian masyarakat Dammaj dan pelajar Darul Hadits, hingga mencapai puncaknya embargo total yang mereka lakukan pada bulan Dzul Qo’dah 1432 H yang berlanjut dengan penembakan terhadap masyakarat Dammaj dan pelajar Darul Hadits Salafiyyah di Dammaj.

Bab Empat: Tekad Kami Untuk Mempertahankan Darul Hadits di Dammaj dari Keganasan Pemberontak Rofidhoh 

Pemberontak Rofidhoh mulai terang-terangan melancarkan serangan bersenjata pada hari Kamis tanggal 7 Dzul Hijjah 1432 H, dan pada hari berikutnya (Jum’at, 8 Dzul Hijjah 1432 H) mereka menembak mati pelajar yang masih sangat muda dari Abyan: Mu’adz Al Yazidiy رحمه الله ketika dirinya mau berangkat ke Madrosah.
Syaikh Yahya Al Hajuriy beserta para kepala kabilah Wadi’ah di Dammaj berusaha mencari jalan damai untuk menolak keganasan pemberontak Rofidhoh. Lajnah Ishlah menjembatani kedua belah pihak. Kesepakatan damai dilanggar Rofidhoh dengan menembak mati pelajar dari Ta’iz: Ali bin Sulthon At Ta’ziy pada malam Kamis (14 Dzul Hijjah 1432H).
Pada hari Rabu pagi (20 Dzul Hijjah 1432H) suasana tenang dengan tercapai gencatan senjata dengan masuknya Lajnah Ishlah. Ternyata pada sore harinya Rofidhoh mengkhianati gencatan senjata dengan menembak punggung pelajar dari Ta’iz: Ismail At Ta’ziy.
Demikianlah, setiap kali terjadi kesepakatan damai, selalu saja pemberontak Rofidhoh melanggarnya dengan melakukan penembakan, hingga korban terus berjatuhan.
Dan puncak dari kebengisan pemberontak Rofidhoh tersebut –untuk sementara ini- adalah kejadian hari Sabtu (1 Muharrom 1433 H, pukul 11.00 WY) yang mana Rofidhoh menghujani gunung Barroqoh (batas penjagaan thullab dan masyarakat Dammaj sebelah barat) dengan puluhan bom jarak jauh dan hujan peluru dengan berbagai jenisnya, yang disusul serbuan jarak dengan pasukan pemberontak yang bertekad untuk menguasai wilayah tersebut. Serangan tersebut berlangsung sepanjang hari hingga sekitar pukul 19.30 WY), yang menyebabkan meninggalnya 25 Muslimin (pelajar dan masyarakat) dan 54 luka-luka. Akan tetapi Alloh ta’ala menggagalkan serangan mereka dan merekapun menghentikan serangan dengan banyaknya prajurit yang terbunuh dari pihak mereka.
Termasuk dari Muslimin yang meninggal adalah saudara kami Sholih (medan) dan Abu Haidar (Aceh) , sehingga menimbulkan kesedihan yang mendalam. Akan tetapi kami punya harapan besar akan diterimanya keduanya –dan saudara-saudara mereka yang lainnya- sebagai Syuhada di sisi Alloh. Alloh taala berfirman:
{وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ (4) سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ (5) وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ (6) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُم} [محمد: 4 - 7]
“Dan orang-orang yang syahid pada jalan Allah, Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka. Allah akan membimbing mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam jannah yang telah diperkenankan-Nya kepada mereka. Hai orang-orang mukmin, jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian.”
Asy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy dengan dukungan Asy Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad dan Al Lajnah Daimah mengumumkan jihad membela diri dari serangan para penjahat Rofidhoh tersebut. Sebelumnya Asy Syaikh Robi’ bin Hadi Al Madkholiy juga menghasung dikumandangkannya jihad untuk membendung kebengisan Rofidhoh tersebut. Demikian pula para ulama Al Azhar di Mesir, dan para ulama yang lain mengumumkan kewajiban untuk membantu Muslimin Salafiyyin Dammaj yang tengah menyabung nyawa mempertahankan diri dari kejahatan Rofidhoh. Kami dengan Asy Syaikh Sholih Al Fauzan juga mengumumkan yang demikian itu.([1])
Kami para pelajar Indonesia yang tinggal dan menimba ilmu di Darul hadits di Dammaj ini merasa sebagai bagian dari Muslimin Dammaj, penderitaan mereka adalah penderitaan kami, kepedihan hati mereka kepiluan kami. Maka kami bertekad untuk sehidup semati dengan mereka dalam menghadang keganasan para pemberontak Rofidhoh. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
مثل المؤمنين في توادهم وتراحمهم وتعاطفهم مثل الجسد إذا اشتكى منه عضو تداعى له سائر الجسد بالسهر والحمى
“Permisalan kaum Mukminin dalam sikap saling cinta, saling mengasihi dan saling menolong di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Jika salah satu anggota badan mengeluh sakit, seluruh jasadpun akan ikut tidak bisa tidur dan menjadi demam.” (HR. Al Bukhoriy (6011) dan Muslim (2586) dari An Nu’man bin Basyir رضي الله عنهما
Kemudian dari sisi lain, kami selama bertahun-tahun telah merasakan manisnya persaudaraan dan kebaikan hati mereka, maka tidak pantas bagi kami untuk meninggalkan mereka dalam keadaan seperti ini. Maka sebagai salah satu bentuk syukur kami pada mereka, kami akan bersatu sehidup semati dengan saudara-saudara kami itu untuk mempertahankan markiz dan desa ini. Rosululloh صلى الله عليه وسلم bersabda:
ومن صنع إليكم معروفا فكافئوه فإن لم تجدوا ما تكافئوا به فادعوا له حتى تروا أنكم قد كافأتموه. سنن أبي داود [1 /524]
“Dan barangsiapa berbuat baik kepada kalian, maka balaslah kebaikannya itu. Jika kalian tidak mendapati sesuatu untuk membalasnya dengan cukup, maka doakanlah dirinya hingga kalian memandang bahwasanya kalian telah membalasnya dengan cukup.” (HR. Abu Dawud (1672), dishohihkan Al Imam Al Albaniy dan Al Imam Al Wadi’iy).
Kemudian juga, tidak pantas bagi kami yang ada di sini membiarkan saudaranya terzholimi dalam keadaan kami sanggup membantu dengan nyawa dan kekuatan. sabda Rasululloh صلى الله عليه وسلم:
المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يخذله ولا يحقره،
“seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak menzholiminya, tidak menelantarkannya (membiarkannya tanpa pertolongan), dan tidak meremehkannya.” (HSR Muslim)
Kami tidak menyerang, akan tetapi para pemberontak itulah yang datang ke tempat kami, mengepung dan mengembargo kami dan membunuhi Muslimin. Maka kami tidak boleh lari dari medan perang. Alloh ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُواْ زَحْفاً فَلاَ تُوَلُّوهُمُ الأَدْبَارَ
وَمَن يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلاَّ مُتَحَرِّفاً لِّقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزاً إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاء بِغَضَبٍ مِّنَ اللّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerang kalian, maka janganlah kalian membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS. Al Anfal: 15-16).
Dari Abu Huroiroh رضي الله عنه berkata:
عن النبي صلى الله عليه وسلم قال اجتنبوا السبع الموبقات قالوا يا رسول الله وما هن قال الشرك بالله والسحر وقتل النفس التي حرم الله إلا بالحق وأكل الربا وأكل مال اليتيم والتولي يوم الزحف وقذف المحصنات المؤمنات الغافلات.
“Dari Nabi صلى الله عليه وسلم yang bersabda: “Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan.” Mereka berkata: “Wahai Rosululloh, apa itu?” Beliau menjawab: “Syirik kepada Alloh, sihir, membunuh jiwa yang Alloh haromkan kecuali dengan kebenaran, memakan riba, memakan harta yatim, lari dari medan perang pada hari peperangan, dan menuduh berzina wanita yang terjaga, yang beriman, yang tidak berpikir untuk itu.” (HR. Al Bukhoriy (2766) dan Muslim (89)).

Bab Lima: Kesiapan Kami Untuk Menanggung resiko Dalam Membela Agama dan Negri Muslimin

Kewajiban dari Alloh ta’ala ada di atas segalanya, hidup dan mati kami adalah untuk Alloh. Alloh ta’ala berfirman:
{قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِين}
“Katakanlah (wahai Rosululloh): Sesungguhnya sholatku, sembelihanku, kehidupanku dan kematianku adalah untuk Alloh Robbil ‘alamin, tiada sekutu bagi-Nya, dan untuk itu aku diperintahkan, dan aku adalah orang yang pertama masuk Islam (dari umat ini).” (QS. Al An’am: 172-173).
Demikian pula kami sebagai pengikut Rosululloh صلى الله عليه وسلم.
Kami dengan taufiq dan pertolongan Alloh siap menanggung resiko atas pilihan yang kami tempuh. Setiap orang akan mengalami kematian, sesuai dengan catatan taqdir kami. Keluar dari medan perang tidak menjauhkan kami dari kematian yang telah ditetapkan.
Hidup di dunia memang penuh cobaan. Alloh mengawasi siapakah yang sabar dan siapakah yang tidak demikian, lalu semuanya akan mati dan menghadap Alloh untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamalkan.

Bab Enam: Syukur Kami Atas Perhatian Saudara di tanah Air

Kami memahami pemikiran saudara-saudara kami di tanah air yang ingin keluarnya kami dari Dammaj. Kami menyampaikan syukur atas besarnya perhatian Bapak-bapak pemerintah semua. Kami berkeyakinan wajibnya mendengar dan taat kepada perintah kepala Negara dalam perkara yang baik, dan kami berkewajiban membela kehormatan mereka dan kedaulatan mereka, serta mendoakan kebaikan untuk mereka.
Hanya saja saat ini ada kewajiban yang lebih besar di depan mata kami, yang kami berpandangan bahwasanya kematian lebih ringan daripada berpaling meninggalkan kewajiban ini.
Oleh karena itu kami mohon maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa memenuhi perintah untuk pulang ke tanah air pada saat ini. Kami cinta ilmu dan cinta damai, akan tetapi keadaan mengharuskan kami untuk memalingkan perhatian kepada apa yang ada di depan mata ini. Insya Alloh jika Markiz ini telah selamat dari kejahatan Rofidhoh, kami akan kembali belajar seperti sedia kala, kemudian suatu saat kami akan pulang untuk mendarmabaktikan ilmu yang telah kami timba di sini insya Alloh.
Demikianlah surat pernyataan ini kami susun dengan penuh kesadaran.
والحمد لله رب العالمين.
Dammaj, 8 Muharrom 1433H

Atas nama tholabatul ilmi,
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy


([1]) Catatan penting: Adapun celaan dari sebagian hizbiyyun bahwasanya Darul Hadits Salafiyyah di Dammaj minta bantuan pada teroris Al Qoidah, maka celaan itu bukanlah pada tempatnya, berdasarkan beberapa sisi:
  1. Kalaupun benar bahwasanya Asy Syaikh Al Muhaddits Yahya bin Ali Al Hajuriy حفظه الله minta bantuan pada mereka, maka tidaklah hal itu salah, karena minta bantuan pada orang fasiq ataupun kafir untuk menghadapi keganasan orang kafir yang lain (yang lebih kafir dan lebih berbahaya dsb) adalah boleh berdasarkan syariat dan fatwa para ulama Sunnah.
  2. Kalaupun benar bahwasanya Asy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy minta bantuan pada mereka, maka tidaklah hal itu salah, karena minta bantuan pada selain Alloh pada saat terpaksa demi mempertahankan hidup yang telah sangat terancam adalah diperbolehkan, dengan syarat hamba Alloh yang dimintai tolong itu masih hidup, hadir, dan punya kemampuan.
  3. Kalaupun benar bahwasanya Asy Syaikh Yahya bin Ali Al Hajuriy minta bantuan pada mereka, maka tidaklah hal itu salah, jika berdasarkan ijtihad dan ketajaman pandangan beliau bahwasanya kemaslahatannya lebih besar daripada mafsadahnya.
  4. Pertempuran ini, sebagaimana fatwa para ulama, merupakan pertempuran antara Islam dan kufur, bukan semata-mata antara Ahlussunnah dengan Ahlul bid’ah. Makanya yang bangkit untuk menghadang kejahatan Rofidhoh bukanlah Ahlussunnah saja. Banyak hizbiyyun di Yaman (yang bukan Mar’iyyun) telah menyatakan bahwasanya jika Dammaj sampai dikuasai Rofidhoh, pastilah seluruh propinsi So’dah akan dikuasai mereka. Jika itu terjadi, dalam waktu yang dekat mereka akan menguasai seluruh Yaman, sebagaimana dalam rencana rahasia mereka yang telah tersingkap. Yang demikian itu dikarenakan Rofidhoh juga tersebar di berbagai propinsi di Yaman, seperti di Dzammar, Roda’, Hajjah dan yang lainnya. Jika So’dah berhasil mereka kuasai, yang lainpun akan bangkit semangatnya. Oleh karena itulah makanya para hizbiyyun (yang bukan Al Mar’iyyun Al Hussad Al Mukhodzdzilun) pada bulan ini juga memfatwakan wajibnya jihad memerangi Rofidhoh, bukan karena permintaan dari Darul Hadits Dammaj.
  5. Para ulama yang memfatwakan jihad melawan Rofidhoh, pandangan mereka lebih tajam, hati nurani mereka lebih peka, dan rasa kasih sayang mereka lebih besar daripada para masyayikh yang dipenuhi oleh rasa dengki semacam Muhammad Al Imam dan Abdul Aziz Al Buro’iy yang mengatakan bahwasanya peperangan antara Darul Hadits di Dammaj dengan Rofidhoh hanyalah sekedar rebutan gunung. Bukan demikian! Justru peperangan ini adalah perang antara Islam dan kekufuran. Makanya yang diseru untuk bangkit adalah seluruh Muslimin secara umum, sebagaimana Kholifah Harun Ar Rosyid dulunya menyeru seluruh lapisan Muslimin untuk bersatu memerangi Nashoro yang sedang menyerang perbatasan wilayah Muslimin.
  6. Contoh yang lain adalah: seruan Amirul Mukminin Al Mu’tashim billah seluruh lapisan Muslimin untuk berangkat memerangi Romawi yang menyerang perbatasan, hingga berbuntut penaklukan benteng Ammoriyyah yang terkenal itu yang menyebabkan Al Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله memuji dan memaafkan Al Mu’tashim.
  7. Contoh yang lain adalah: seruan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah kepada raja Mesir dan pasukannya, dan seluruh lapisan Muslimin di Syam untuk bangkit memerangi pengepungan tartar.
  8. Sengaja ana tidak menampilkan pemakaian Rosululloh صلى الله عليه وسلم Abdulloh bin ‘uroiqith sebagai penunjuk jalan ke Madinah karena diperselisihkan, apakah dia pada waktu itu telah masuk Islam ataukah belum. Akan tetapi contoh-contoh di atas merupakan pemahaman salaf yang tepat.
  9. Telah lewat penjelasan tentang bolehnya minta bantuan pada orang kafir untuk menghadapi orang kafir yang lain. Maka bagaimana jika yang dimintai bantuan tadi adalah orang yang masih muslim?
  10. Jika minta bantuan orang yang masih Muslim untuk memerangi orang Nashoro saja boleh ketika keadaan mengharuskan demikian, maka bagaimana dengan meminta bantuan Muslim untuk memerangi orang-orang yang lebih kafir daripada Nashoro? Syaikhul Islam رحمه الله dan yang lainnya telah menetapkan dengan dalil-dalil bahwasanya Rofidhoh lebih kafir daripada yahudi dan Nashoro
  11. Itu tadi jika Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy meminta bantuan pada Al Qoidah. Kenyataannya adalah bahwasanya beliau sama sekali tidak minta bantuan pada mereka. Merekalah yang bangkit untuk memerangi Rofidhoh tanpa beliau meminta.
  12. Hampir setiap tahun di wilayah selatan terjadi perang antara Al Qoidah dengan Rofidhoh. Sama-sama rebutan kekuasaan. Bukan karena Asy Syaikh Yahya Al Hajuriy meminta bantuan pada Al Qoidah.
  13. Sebagian orang-orang Al Qoidah dulunya adalah murid Al Imam Al Wadi’iy. Manakala Usamah bin Ladin datang dan menawarkan bantuan bersyarat, beliaupun menolaknya. Akan tetapi beberapa murid beliau tergiur besarnya gaji sehingga meninggalkan beliau dan bergabung dengan dengan Al Qoidah. Al Imam Al Wadi’iy رحمه الله menghukumi mereka semua sebagai mubtadi’ah. Hanya saja manakala Rofidhoh dengan amat kejam menyerang Dammaj yang sehari-harinya cuma sibuk dengan ilmu dan dakwah, tergeraklah hati para mantan murid tadi untuk membela bekas tempat belajar mereka yang dulu. Asy Syaikh Yahya sudah mengumumkan berlepas diri dari mereka, dan bahwasanya orang-orang Al Qoidah tidak boleh menempel Ahlussunnah. Hanya saja sudut pandang kita di sini adalah: masih ada di kalangan Ahlul bida’ yang punya rohmat pada bekas tempat dia belajar yang dulu, beda dengan beberapa masyayikh dan ustadz-ustadz yang mengaku sebagai murid Al Imam Al Wadi’iy yang tidak peduli akan hancur atau selamatnya markiz beliau sekarang ini.
  14. Sebagaian hizb Mar’iyyun mengejek kami karena salah satu pemimpin pasukan penyelamatan yang datang dari luar adalah anggota Al Qoidah. Ini tidak benar! Beliau telah bertobat dari Al Qoidah sekian lama sebelum Rofidhoh mengganggu Dammaj. Dan beliau telah mengumumkan tobatnya itu sekian lama. Saat Rofidhoh menyerang Dammaj bangkitlah beliau membuktikan kecintaannya pada Sunnah dan salafiyyah walaupun harus mengorbankan nyawa.
Ini baru sebagian jawaban ana yang sangat disegerakan karena terbatasnya waktu. Walhamdulillah.

Daftar Isi

Pendahuluan. 2
Bab Satu: Parahnya Kerusakan Aqidah Pemberontak Rofidhoh. 3
Bab Dua: Wajibnya Membantu Pemerintah Muslimin untuk Menghadapi Ganasnya pemberontak Rofidhoh  7
Bab Tiga: Kebencian Rofidhoh Terhadap Darul Hadits di Dammaj 9
Bab Empat: Tekad Kami Untuk Mempertahankan Darul Hadits di Dammaj dari Keganasan Pemberontak Rofidhoh  9
Bab Lima: Kesiapan Kami Untuk Menanggung resiko Dalam Membela Agama dan Negri Muslimin. 13
Bab Enam: Syukur Kami Atas Perhatian Saudara di tanah Air. 13
Daftar Isi 14

Ditulis oleh:
Abu Fairuz Abdurrohman bin Soekojo Al Indonesiy
Dammaj, Ahad 8 Muharrom 1433H

Sumber

[Isnad.net] Surat dari Abu Fairuz: Kepada Saudaraku di Tanah Air -Oendoeh di Sini!-
Islam-itu-Mulia.blogspot.com

Posting-posting Terkait

>>> [Dammaj Crisis] Update Berita Blokade Dammaj
>>> [Dammaj Crisis] Seruan Syaikh 'Abdul Muhsin al-'Abbad untuk Berjihad Melawan Hutsiyin Rafidhi di Dammaj
>>> [Dammaj Crisis] Sambutlah Seruan Jihad Ini!
>>> [Dammaj Crisis] Penjelasan atas Kezhaliman Syi'ah Rafidhah al-Hutsi dan Blokade Mereka di Dammaj
>>> VIDEO: [Dammaj Crisis] Seruan Berjihad Melawan Syi'ah (Rafidhah) di Dammaj - Syaikh Yahya al-Hajuri
>>> VIDEO: [Dammaj Crisis] Seruan kepada Seluruh Ahlus Sunnah untuk Menolong Saudara-saudara Kita di Dammaj - Syaikh Rabi al-Madkhali
>>> [Dammaj Crisis] Seruan kepada Seluruh Ahlus Sunnah untuk Menolong Saudara-saudara Kita di Dammaj - Syaikh Rabi al-Madkhali
>>> [Dammaj Crisis] Kalimah Syaikh Yahya bin 'Ali al-Hajuri -hafizhahullahu- tentang Serangan Rafidhah dengan Memblokade Ahlu Dammaj

http://islam-itu-mulia.blogspot.com/2011/12/dammaj-crisis-surat-santri-dammaj.html