Lum'atul I'tiqad al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi

Penjelasan yang bermanfaat dari Syaikh 'Abdul-Ghani al-'Umari Abu Hudzaifah الشيخ عبد الغني العمري أبو حذيفة hafizhahullahu (dari Yaman). Pelajaran disampaikan saat beliau mengunjungi Markiz Salafiyah Ma'had Ittiba'us Sunnah, Jl. Syuhada' 02 Sampung. Sidorejo, Plaosan, Kota Magetan, Provinsi Jawa Timur, Indonesia, pada 21-27 Sya'ban 1431H/ 3-9 Agustus 2010M.
Kitab Lum'atul I'tiqad karya Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi adalah kitab yang menerangkan aqidah yang benar dan murni, mengupas tentang Asma was Sifat Allah, yang diyakini oleh al-Firqatun-Najiyah -golongan yang senantiasa mendapat pertolongan Allah sampai hari kiamat- atau biasa juga diistilahkan dengan Ahlussunnah-wal-Jama'ah.

1 Muqaddimah
2 point-ke-7
3 Sifat-sifat Allah
4 Qadha-qadar
5 Nabi-Sahabat


Biografi
Al-Imam Ibnu Qudamah adalah seorang imam yang berakidah bersih, ahli ibadah, peniti jejak salaf, dan imam dalam ilmu dan amal. Begitu kuatnya atsar aqidah yang bersih ini terhadap gaya hidup beliau, sampai-sampai kaum muslimin ketika itu berkata: ''Barangsiapa yang melihatnya seolah-olah dia melihat seorang sahabat Nabi Shalallahu alihi wassalam.''
Imam Ibnul Qayyim juga telah menukil satu poin dari kitab ini dan menuangkan dalam kitabnya yang berjudul Ijtima al-Juyus al-Islamiyah. Beliau memulai penukilannya dengan mengatakan: ''Seluruh kelompok yang ada telah sepakat menerima pendapat Syaikhul Islam Muwaffaqudin Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad al-Maqdisi. Lebih dari itu mereka juga mengagungkan dan mengakui beliau sebagai imam, kecuali kelompok Jahmiyah atau Muaththilah''.

Ia adalah seorang imam, ahli fiqih dan zuhud, Syaikh Muwaffaquddin Abu Muhammad Abdullah Bin Ahmad Bin Muhammad Ibnu Qudamah al-Hanbali al-Maqdisi. Beliau berhijrah ke lereng bukit ash-Shaliya, Damaskus, dan dibubuhkanlah namanya ad-Damsyiqi ash-Shalihi, nisbah kepada kedua daerah itu. Dilahirkan pada bulan Sya’ban 541 H di desa Jamma’il,salah satu daerah bawahan Nabulsi, dekat Baitil Maqdis,Tanah Suci di Palestina.Saat itu tentara salib menguasai Baitul Maqdis dan daerah sekitarnya. Karenanya, ayahnya, Abul Abbas Ahmad Bin Muahammad Ibnu Qudamah,tulang punggung keluarga dari pohon nasab yang baik ini haijrah bersama keluarganya ke Damaskus dengan kedua anaknya, Abu Umar dam Muwaffaquddin ,juaga saudara sepupu mereka, Abdul Ghani al-Maqdisi,sekitar tahun 551 H (Al-Hafidz Dhiya’uddin mempunyai sebuah kitab tentang sebab hijrahnya pendududk Baitul Maqdis ke Damaskus.Di Damaskus mereka singgah di Masjid Abu Salih, di luar gerbang timur. Setelahdua tahundi sana, mereka pindahke kaki gunung Qaisun di Shalihia,Damaskus. Di masa-masa itu Muwaffaquddin menghafal Al Quran dan menimba ilmu-ilmu dasar kepada ayahnya, Abul’Abbas, seorang ulama yang memiliki kedudukan mulia serta seorang yang zuhud.Kemudian ia berguru kepada para ulama Damskus lainnya. Ia hafal Mukhtasar al-Khiraqi (fiqih madzab Imam Ahmad Bin Hambal) dan kitab-kitab lainnnya. Ia memiliki kemajuan pesat dalam mengkaji ilmu. Menginjak umur 20 tahun, ia pergi ke Baghdad ditemani saudara sepupunya, Abdul-Ghani al-Maqdisi (anak saudara laki-laki ibunya)/ keduanya umurnya sama.

Muwaffaquddin semula menetap sebentar di kediaman Syekh Abdul Qadir Al-Jailani,di Baghdad. Saat itu Shaikh berumur 90 tahun. Ia mengaji kepada beliau Mukhtasar Al-Khiraqi denagan penuh ketelitian dan pemahaman yang dalam, karena ia talah hafal kitab itu sejak di Damaskus. Kemudian wafatlah Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah.
Selanjutnya ia tidak pisah dengan Syaikh Nashih al-Islam Abul-Fath Ibn Manni untuk mengaji kepada belia madzab Ahmad dan perbandingan madzab. Ia menetap di Baghdad selama 4 tahun. Di kota itu juga ia mengajihadis dengan sanadnya secara langsung mendengar dari Imam Hibatullah Ibn Ad-Daqqaq dan lainnya. Setelah itu ia pulang ke Damaskus dan menetap sebentar di keluarganya. Lalu kembali ke Baghdad tahun 576 H.
Di Baghdad dalam kunjungannya yang kedua, ia lanjutkan mengajihadis selama satu tahun, mendengar langsung dengan sanadnya dari Abdul-Fath Ibn al-Manni. Setelah itu ia kembali ke Damaskus.

Pada tahun 574 H ia menunaikan ibadah haji,seusai ia pulang ke Damaskus. Di sana ia mulai menyusun kitabnya al-Mughni Syarh Mukhtasar al-Khiraqi (fiqih madzab Imam Ahmad Bin Hambal). Kitab ini tergolong kitab kajian terbesar dalam masalah fiqih secarar umum, dan khususnya di madzab Imam Ahmad Bin Hanbal. Sampai-sampai Imam ‘Izzudin Ibn Abdus Salam As-Syafi’i,yang digelari Sulthanul ‘Ulama mengatakan tentang kitab ini: “Saya merasakurang puas dalam berfatwa sebelum saya menyanding kitab al-Mughni”.
Banyak para santri yang menimba ilmu hadis kepada beliau,fiqih, dan ilmu-ilmu lainnya. Dan banyak pula yang menjadi ulama fiqih setelah mengaji kepada beliau. Di antaranya, keponakannyasendiri, seorang qadhi terkemuka, Syaikh Syamsuddin Abdur-Rahman Bin Abu Umar dan ulama-ulama lainnya seangkatannya.
Di samping itu beliau masih terus menulis karya-karya ilmiah di berbagai disiplin ilmu, lebih-lebih di bidang fiqih yang dikuasainya denagn matang. Beliau banyak menulis kitab di bidang fiqih ini, yang kitab-kitab karyanya membuktikan kamapanannya yang sempurna di bidang itu. Sampai-sampai ia menjadi buah bibi r orang banyak dari segala penjuru yang membicarakan keutamaan keilmuan dan munaqib (sisi-sisi keagungannya).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:”Setelah al-Auza’i, tidak ada orang yang masuk ke negri Syam yang lebih mapan di bidang fiqih melebihi Al-Muwaffaq”.
Ibnu Ash-Shalah berkata:”Saya tidak pernah melihat orang alim seaperti al-Muwaffaq”.
Cucu Ibn Al-Jauzi barkata:”Orang yang melihat al-Muwaffaq seakan-akan ia melihat salah seorang sahabat nabi. Seakan-akan cahaya memancar dari wajahnya.”
Imam al-Muwaffaqiq adalh seorang imam di berbagai disiplin ilmu syar’i. Di zaman beliau,setelah saudaranya (Abu Umar), tiada orang yang lebih zuhud, lebih wara’ dan lebih mapan ilmunya melebihi beliau.

Beliau mengikuti jejek As-Salaf dalam masalah aqidah, kezuhudan, dan kewara’an. Beliau sangat pemalu,sangat menjauh dari gemerlapnya dunia dan dari pengejarnya. Beliau sosok yang pemaaf,tidak kaku dan sangat rendah hati,cinta kepada orang yang kesusahan,mulia akhlaknya,banyak berkorban untuk orang lain,tekun beribadah,kaya keutamaan,berotak cerdas,sangat jeli dalam ilmunya,sangat tenang.sedikit bicara,dan banyak kerja. Orang merasa tentram dan damai denagn sekedar memandang wajahnya wlau sebelim beliau berbicara. Kebaikan dan kemuliaan sifat beliau tidak terhitunng. Al-Hafidzh Dhiya’uddin al-Maqdisi, demikian juga al-Hafidzh Adz-Dzahabi, menulis sebuah kitab tentang biogrfi Imam Ibnu Qudamah ini.
Kemasyhuran Imam Ibnu Qudamah tidak terbatas pada masalah keilmuan dan ketaqwaan,akan tettapi beliau juga seorang mujahod yang terjun di medan jihad fisabilillah bersama pahlawan besar Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil menyatukan kekuatan militer umat Islam pada tahun 583 H unutk menumpas tentara salib dan membersihkan tanah suci Quds dari najis mereka. Para penulis biografi Imam Ibnu Qudamah menyebutkan bahwa belia dan saudara kandungnya,Abu Umar, beserta murid-murid beliau dan beberapa orang keluarganya turut berjihad di bawah panji-panij para mujahidin yang dimenangkan oleh Allah ini. Beliau berdua dan murid-muridnya mempunyai stu kemah yang senantiasa berpindah-pindah kemanapun para mujahidin berpindah dan mengambil posisi.

Imam Ibnu Qudamah wafat pada hari Sabtu, tepat di hari Idul Fithri tahun 629 H. Beliau dimakamkan di kaki gunung Qasiun di Shalihiya, di sebuah lereng di atas Jami’ al-Hanabilah (masjid besar para pengikut madzab Imam Ahmad Bin Hanbal).

Posting-posting Terkait

>>> Lum'atul I'tiqad al-Imam Ibnu Qudamah al-Maqdisi
>>> Nasihat Bermanfaat dari Masyaikh Yaman: Syaikh Abdullah bin Ahmad al-Iryani dan Syaikh 'Abdul-Ghani al-'Umari
>>> Qawaidhul-Arba (Empat Kaidah Memahami Tauhid) al-Imam Muhammad bin Abdul-Wahab
>>> (Soal-Jawab) Permasalahan: Dakwah, Fitnah, & Hizbiyyah
>>> Sifat Shalat Nabi oleh Syaikh Zaid bin Hasan al-Wushabi dan Syaikh Abdullah bin Ahmad al-Iryani
>>> Kitabun Nikah Umdahtul Ahkam al-Imam Abdul Ghani al-Maqdisi
>>> Ushulus-Sittah al-Imam Muhammad bin Abdul-Wahab


http://islam-itu-mulia.blogspot.com/2011/06/dars-lumatul-itiqad-al-imam-ibnu.html